Mohon tunggu...
Noer Fadlilah Wening
Noer Fadlilah Wening Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://ninin-dahlan-marchant.blogspot.com/

An ordinary wife who try to learn everything as much as possible.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Salah Kaprah Menikah dengan Bule

22 April 2013   13:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin menulis, jika tulisanku ini bermanfaat untuk orang lain, ya syukurlah, tapi semoga bukan sekedar curhatku semata!

This morning,

Lha kok ya pas, saat keuanganku sudah menipis seperti sekarang ini, seseorang datang ke rumah untuk meminjam uang. Jumlahnya memang bukan jutaan atau ratusan ribu, tapi saat cash sudah menipis, pun simpanan di bank dan cash pondsterlingku, kupikir ALLAH mengujiku.

Terucap darinya bahwa aku banyak uang kerena menikah dengan bule. No, it's not true. Inggris sedang krisis dan PHK dimana-mana, sedang aku notabene adalah pengangguran. Gaji suamiku 40% sudah masuk negara, bill untuk dua kediaman, belum bil-bil daily need. Biaya hidup di Inggris tidak rendah, so, wus-wus, gaji sekedar numpang lewat.

Aku hendak katakan kepadamu wahai para wanita Indonesia, bahwa menikah dengan bule bukanlah selayak anugrah atau 'ketiban rejeki'. Bule itu adalah manusia biasa seperti kita. Manusiawi, sangat manusiawi seperti kita. Kita butuh makan, mereka pun juga. Kita butuh uang, mereka pun juga. Kita butuh kerja, mereka pun juga. Singkatnya, apa yang kita butuhkan, mereka juga membutuhkannya. Jangan mengira bahwa tinggi tubuh mereka lebih tinggi daripada tubuh kita, lalu berpikir bahwa apa-apa dari mereka melebihi kita. Tidak, Kawan, itu tidak benar! Setiap apa yang kita inginkan, harus kita usahakan. Pun mereka. Kita 'kan bukan dukun, kita juga bukan pesulap atau pesihir.

Ini adalah salah kaprah yang seringkali aku temui, tidak di Inggris, tidak pula di INA. Teman-temanku di college dari berbagai negara menganggap begitu, pun teman-temanku INA baik di INA maupun di UK. Some of my friends mengatakan beruntung, sebab bisa memperoleh permanent resident dan memperoleh pekerjaan di Inggris lebih mudah. Some of them ingin memperoleh keturunan yang lebih cantik atau ganteng secara lahiriah (semoga ruhaniah juga). Some of them ingin memperoleh harta warisan. Is that my business? No, not at all.

Yang ingin aku garis bawahi adalah menikah, dengan siapa pun itu, adalah sama. Tinggal bagaimana kita memanaj pernikahan kita dan rumah tangga kita. Harta, kekayaan, itu relatif. Sebagai contoh, gajiku dulu dengan gaji mantan kolega-kolegaku di Al-Azhar Syifa Budi, bisa dibilang sama, tapi kebanyakan mereka bilang 'tidak punya uang'. Benarkah? Ini disebabkan karena gaya hidup kita berbeda.

Sebagai contoh lagi, dua anak suamiku, bule. Si sulung menggunakan gajinya untuk terus memperbaiki level rumahnya, sedang si bungsu menggunakannya untuk keliling dunia. Membidik pada titik yang berbeda. Pun aku, kami, wanita-wanita Indonesia yang menikah dengan bule. Sesungguhnya kami dan kita memiliki kehidupan yang sama, hanya gaya hidup kita yang berbeda.

Wanita Indonesia sepertiku ini, memang menikah dengan bule, tapi apa aku harus memiliki gaya hidup seperti wanita-wanita Indonesia lainnya yang menikah dengan bule? Don't be so silly. Mungkin memang mereka atau suami-suami mereka lebih kaya dari suamiku dan aku. Mungin juga mereka employment, tidak seperti aku yang unemployment. Who knows?

Aku hanya ingin katakan kepadamu wahai manusia, menikah dengan bule bukan jaminan kaya. Menikah dengan bule bukan jaminan banyak uang. The grass is alaways greener wahai Kawan! Seperti apa yang pernah aku ucapkan kepada seorang pegawai sebuah bank swasta di kota Solo, "Mbak bilang saya beruntung, saya bilang Mbak lebih beruntung bisa bekerja di bank", dan kolega-kolega di sampingnya menatapku lalu tersenyum.

Pounsterling memang jauh lebih tinggi daripada Rupiah, Sahabat, namun standart hidup kita berbeda. Semisal, suamiku tak akan bisa hidup di sebuah rumah dengan toilet jongkok tanpa tissue dan hand soap serta kebisingan masuk dari luar. Untuk itu semua, kita harus membayar mahal. Walhasil, uang atau gaji yang diterima tiap bulan hanya mampir saja. Jangan anggap kami lebih kaya, Teman, sebab kerja itu untuk memperoleh gaji, gaji itu untuk memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari. Sama seperti dirimu, uangmu lewat, uang kami juga lewat. Seperti dirimu yang mungkin tak bisa hidup seperti kehidupan suamiku atau bule-bule lain, mereka pun mungkin tak bisa hidup jika kau suruh mereka hidup sepertimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun