Ya, sudahlah. Pokoknya aku sudah berusaha memberitahukan kondisi faktual putrinya itu. Maksudku, agar hubungannya dengan seseorang segera dihalalkan sehingga tidak terjadi kehamilan yang kedua kalinya. Itu saja, sih! Tidak ada maksud lain. Bukan untuk mempermalukan juga, melainkan untuk kebaikan si pasien yang sedang terbaring di tempat tidur dikerumuni para tetangga.
***
Beberapa saat sebelum peristiwa tersebut terjadi, Tiwi, putri asisten rumah tangga  yang kami ambil sebagai anak angkat, berhasil lulus dari sekolah menengah kejuruan di tempatku berdinas.
Karena SLTA tersebut sekolah pendidikan guru, Tiwi diterima sebagai guru honorer di salah satu sekolah dasar negeri, berjarak sekitar lima kilometer dari rumah kami. Bersyukur sekali gadis manis itu bisa mencari nafkah sendiri setelah lulus. Sementara, tidak semua lulusan bisa segera memperoleh tempat mengajar seperti dirinya.
Karena jarak antara rumah dan sekolah tempatnya mengajar cukup jauh, ia berinisiatif untuk mandiri. Selanjutnya, agar tidak kelelahan, ia meminta izin untuk indekos di dekat sekolah tempatnya bertugas. Aku acungi jempol! Salut!
Sebenarnya, Tiwi dan ibunya memiliki tempat tinggal, suatu rumah mungil, tepat berada di belakang rumah kami. Ibu  dan anak gadisnya itu awalnya ikut dengan kami karena rumah mereka dikontrakkan. Namun, setelah masa kontrak habis, mereka berdua berkeinginan menempati rumahnya sendiri.
Suatu Sabtu siang menjelang sore, Tiwi pulang ke rumah. Karena melewati gang di sebelah rumah kami, Tiwi datang kepada kami sambil memperkenalkan seorang pemuda. Dari tampilan fisik dan logat yang digunakan, tampak pemuda tersebut berasal dari daerah Indonesia bagian timur.
Diperkenalkanlah si hitam manis rambut keriting itu sebagai pacarnya kepadaku. Akan tetapi, jantung ini seperti ditikam karena aku mencium aroma kurang sedap, aroma minuman keras yang otomatis membuatku merasa mual. Maka, kuseretlah si gadis ke kamarku dan kuberi wejangan penting.
"Wik ... satu yang Mama minta darimu. Jagalah harkat dan martabatmu sebagai seorang wanita baik-baik. Jangan sembarangan bergaul dengan lelaki, apalagi beraroma tuak!" pesanku wanti-wanti.
"Iya, Ma!" jawabnya agak cuek.
"Kalau Mama bilang sebaiknya ... kamu menjauh saja darinya. Mama kurang sreg! Hati Mama mengatakan bahwa ... hmmm ... kesan Mama negatiflah!" lanjutku.