Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll. Buku solo 29 judul, antologi berbagai genre 175 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Urip Hurub Hambangun Praja

18 November 2024   11:46 Diperbarui: 18 November 2024   11:49 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Ya, ... ide ini tetiba melintas saat aku berada di sebuah toilet. Justru  saat di tempat yang sama sekali tidak istimewa itulah sering muncul ide yang biasanya bisa kukembangkan menjadi bahan cerita. Sungguh, bersyukur sekali bahwa ingatan tanpa dipanggil malah datang berhamburan seperti itu.

Flash back! Enam dasawarsa silam! Bukan main, setengah abad lebih di masa lampau teringat kembali. Kata guru psikologiku saat duduk di sekolah lanjutan atas, konon katanya itu sebagai jenis ingatan yang tahan lama dan setia. Bravo! Aku dianugerahi ingatan sebaik itu!

Eh, iya ... masa kecil yang kulalui memang penuh dengan drama, khususnya drama tragedi. Namun, aku percaya Tuhan memberi blue print  hidupku seperti itu pasti ada rencana indah-Nya.

Tidak main-main! Skenario utuh otoritas-Nya. Paling tidak, yang kuyakini dan kuketahui adalah bahwa setiap makhluk yang diciptakan-Nya dengan aneka cara itu membawa misi-Nya yang luar biasa.  

"Tidak semua yang tidak baik di mata orang itu adalah sampah! Tidak semua sampah tidak berguna! Sampah pun masih bisa didaur ulang menjadi sesuatu yang sangat berharga. Bahkan, menjadi sumber energi masa depan yang sangat menguntungkan. Jadi, tergantung bagaimana orang menyikapi sampah tersebut!"

Ini adalah kata-kata bijak seseorang yang sangat berdampak dalam hidupku. Bagaikan amunisi yang menutrisi hidup dan kehidupanku. Ketika sedang terpuruk dalam kondisi terburuk, kudengar nasihat bijak itu. Maka, seolah melambung tinggi melenting ke lazuardi biru! Ternyata, masih ada orang yang peduli kepadaku sementara beberapa yang lain mencibir dan mencemooh keberadaanku.

"Jadi perempuan itu tidak perlu bersekolah tinggi! Toh, pada akhirnya akan masuk dapur. Jadi, kalau bisa melakukan hal-hal yang sesuai dengan keterampilan wanita, cukuplah! Ngapaian kuliah segala?"

Masih terngiang pula kalimat afirmasi negatif ini. Beruntung sekali saat itu aku justru mengabaikan dan mengatakan di dalam hati, "Catat dan lihatlah! Kelak aku akan menjadi yang terbaik, terbesar, dan ter- yang lain lagi, pokoknya!"

Berdasarkan kenyataan tersebut, melajulah bidukku menyibak ombak. Bayu sepoi yang membawa kabar baik pun selalu kuperoleh sehingga meski sedikit oleng, masih selalu maju dan maju.

"Meskipun anak haram, anak jadah yang tidak diharapkan lahir oleh manusia, aku diberi hidup dan kehidupan oleh Tuhan! Pasti Dia memiliki rencana indah dalam hidupku!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun