Urip Hurub Hambangun Praja
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Pernah mendengar frasa pada judul itu? Ya,  mirip  motto Kabupaten Blitar. Mirip? Iya, Kabupaten Blitar menyatakan Hurub Hambangun Praja, tetapi judul itu lebih satu kata, kan?
***
Â
Sayup-sayup gawaiku melantunkan refrein melodi lagu "Bunda" yang dinyanyikan Melly Guslaw. Penanda ada panggilan masuk. Namun, tentu saja aku tidak bisa menerima panggilan itu. Gawai  berada di luar, sementara aku sedang berada di dalam kamar mandi.
Kata mereka diriku selalu dimanja ...
Kata mereka diriku selalu ditimang ...
Hmm ... benarkah apa yang kulalui di masa kecil seperti lirik refrein lagu itu?
***
Pada masa sekolah ... ketika ada siswa yang dijemput oleh salah seorang atau kedua orang tuanya, air mataku pasti menetes tanpa dikomando. Demikian pula jika selepas musim hari libur teman-teman menceritakan keseruan mereka berlibur bersama keluarga. Bahkan, hingga usia mahasiswa, saat teman menceritakan momen bahagia bersama keluarganya, aku selalu menghindar!
Ya, mau tak mau aku harus menyingkir, menjauh sejauh-jauhnya. Bukan tanpa alasan aku melakukannya! Sebab ... hatiku terasa teriris sembilu!
Pasti kau ingin bertanya-tanya, bukan? Mengapa demikian? Sehebat itukah sakit yang kaurasakan?
Ya, aku adalah produk anak broken home, semoga tidak pernah broken heart juga! Bagaimana tidak? Hingga usia remaja, statusku selalu disembunyikan, ditutup rapat-rapat oleh kedua orang tua angkatku.
Pasangan paruh baya yang belakangan kuketahui adalah kakek dari pihak ibuku yang menikahi janda tanpa anak. Akulah yang dimanfaatkan, konon katanya sebagai perekat agar hubungan keduanya tetap langgeng!