Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Damar Derana, Tresna Kulasentana, Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, Asrar Atma, dll. Buku solo 30 judul, antologi berbagai genre 176 judul.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Anak: Setetes Embun di Pupus Daun

6 November 2024   16:59 Diperbarui: 15 November 2024   14:10 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita Anak: Setetes Embun di Pupus Daun
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

"Sudahlah, Bunda! Bunda tuh ... selalu saja melarang-larang! Kenapa sih, enggak kasih kebebasan sedikiiiit ... saja!" suara Nugi meninggi sambil jemari menunjukkan ketebalan sesuatu.

Sang Bunda mengelus dada mendengar teriakan putra semata wayang. Berkali-kali si jagoan yang duduk di kelas 4 SD itu meradang jika diberi tahu sesuatu. Padahal, sang Bunda mendidik dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.

Suara bunda pun selalu lembut,  dengan nada dan intonasi rendah karena beliau memang  penyabar penuh kelembutan. Namun, entahlah ... sejak  bulan-bulan terakhir  ulah si putra tunggal itu kian menjadi-jadi. Bisa disebut cukup berani membantah apa kata orang tua, terutama sang Bunda.

"Nug ... Bunda minta, jika menjawab pertanyaan tidak perlu nge-gas begitu! Bisa, 'kan, Sayang? Jika didengar tetangga pun kurang elok, Nak!" tutur sang Bunda lembut.

"Lah, Bunda, sih! Selalu  saja ngajak ribut! Selalu saja enggak mengizinkan kalau Nugi pamit mau begini begitu! Apa tidak minta izin saja, apa gimana?" gerutu sang jagoan malah dengan membelalak.

Kali ini bukan sekadar suara  meninggi, melainkan gaya bicaranya pun seperti pemarah sedang mabuk. Sekali lagi sang bunda menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan-lahan. Beliau sangat ingat betapa susah mendapatkan momongan. Tujuh tahun lebih menanti kehadiran si buah hati. Segala daya upaya dan doa sudah dilakukannya secara maksimal.

Akhirnya, ketika diperoleh anugerah seorang putra tampan, kebahagiaan keluarga kecil itu lengkaplah. Rezeki diharapkan kian melimpah. Diberilah nama Anugerah Atma dan dipanggil Nugi. Lahir dengan cara operasi sesar. Tentu saja kala itu menghabiskan biaya lumayan besar. Sampai menggadaikan BPKB kendaraan roda dua dan menjual sebagian sawah warisan segala.  

Sang bunda merasa kewalahan menghadapi putra semata wayang yang susah dinasihati itu. Hanya air mata yang bisa beliau tunjukkan jika ulah dan tutur Nugi sudah melampaui batas.

Akhir-akhir ini, Nugi selalu bikin ulah. Tidak mau diatur-atur. Tidur siang, sudah dua minggu tak dilakukannya. Mengerjakan pekerjaan rumah pun tidak dipedulikan lagi. Jika diingatkan, meradang! Pekerjaannya hanya bermain bersama teman-teman di luar rumah. Padahal ayah bunda sudah berpesan, lebih baik teman-teman diajak bermain ke rumah daripada Nugi yang harus keluar rumah.

"Nak, golongan kuwi galangan! Jika berteman dengan anak nakal, pasti bakalan ketularan nakal. Maka, bertemanlah dengan teman-teman yang baik dan disiplin agar tertular yang baik-baik saja! Pilah dan pilih temanmu dengan bijak, ya, Nak!" nasihat bunda suatu siang menjelang sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun