Karena Terlalu
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Hunian reyotnya tak layak lagi. Andai tak menikah dengan pria yang dicintai, bahkan digilai, mungkin masih bisa tinggal di rumah layak meski sederhana. Kini baru disadari nasihat yang pernah didengar.Â
Apa pun kalau 'terlalu' jatuhnya memang jadi kurang baik. Sama dengan dirinya. Terlalu memuja dan  mengidolakan lelaki yang dikenal lewat media sosial, tak disangka memperburuk nasib. Nasi telah jadi bubur. Masih untung tidak tidur di emper toko atau di bawah jembatan.
Perkenalan dan pertemuannya dengan lelaki itu terjadi begitu cepat. Berlanjut  dengan cinta kilat. Begitu mudah dia terperangkap dalam cinta memabukkan. Terpaksa menikah karena tertangkap basah sedang berduaan di  rumah kontrakan lelaki.Â
Kawin  Hansip lewat jalur paksa. Diawali bulan-bulan pertama full kemesraan, tetapi perlahan-lahan mulai memburam. Tampak sifat asli masing-masing. Cekcok  demi cekcok datang tanpa diundang. Setiap hari, setiap saat. Tidak ada lagi kecocokan.
Suami jarang pulang. Kalau pulang, aroma alkohol merebak membuatnya mual dan tumpah. Bertengkar, bahkan bergulat secara fisik. Perempuan berotot dan kuat seperti dia tak mudah dikalahkan. Melawan lebih baik daripada pasrah menerima tamparan, tendangan, dan injakan.Â
Mulut bau alkohol itu  pun menceracau, menghina, menusuk mata batinnya. Sakit. Apalagi harta sudah habis-habisan. Dengan tenaga dan sedikit dana tersisa  dia kabur. Nekad diniatkan melaporkan kepada pihak berwajib sebab dia tahu identitas pria itu ternyata seorang buronan yang dicari-cari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H