Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Untung Selamat

20 Oktober 2024   14:53 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:54 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untung Selamat
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

Tatapannya nanar. Diedarkanlah pandangan menyapu seluruh area. Hanya deret batu nisan yang tertata beraneka bahan, bentuk, dan warna. Pohon kamboja memamerkan kelopak wangi menyambutnya. Kedinginan, keheranan, dan penasaran. Mengapa bisa berada di tempat tersebut, padahal tujuannya tidak demikian. Dirasa berada di tempat salah. Masih diingat dia sedang dalam perjalanan berkendara seorang diri menuju  pesta pernikahan. Mengapa tiba-tiba berada di antara deretan nisan? Sementara, luka di kepala masih nyut-nyutan.    

Subarkah namanya. Su berarti baik, indah; barkah berarti berkat. Orang tua berharap akan menjadi berkat indah bagi keluarga. Selulus SMK,  merantau ke negeri jiran demi mengubah nasib. Diterima sebagai karyawan di bidang pertanian.  Mengurus green house  sejuta tanaman hias, terutama adenium, siap ekspor ke seluruh dunia. Berhasil mengantongi segepok dolar dan segudang pengalaman, siap dijadikan modal. Berniat pulang ke tanah air hendak berwirausaha.

Wanita idaman yang sedianya dilamar sepulang merantau, ternyata kedahuluan pemuda lain. Kecewa? Pastinya! Namun, dia ingat  lahir, jodoh, dan mati takdir ilahi. Mau tak mau diikhlaskanlah si kembang desa bukan menjadi takdirnya. Saat hendak menghadiri kondangan sang idola itulah, dia kendarai  motor baru ke desa sebelah lewat area sepi. Kondisi terduduk lemas, pusing, datanglah  beberapa orang hendak berziarah. Seseorang menghampiri, memeriksanya hati-hati. Melihat kondisi memprihatinkan dengan busana terlucuti, komentarnya lantang,   "Waduh, ini pasti korban begal kesekian! Untung masih selamat!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun