Pentigraf: Si Cerpen Singkat dengan Contohnya
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Salah seorang sastrawan berbakat adik tingkat penulis di IKIP Negeri Malang, yang kini berubah menjadi Universitas Negeri Malang, menjadi founding father jenis genre sastra yang terkenal dengan sebutan pentigraf. Beliau  adalah Prof. Dr. Tengsoe Tjahyono, M.Pd dosen IKIP Surabaya, yang beralih nama menjadi Universitas Negeri Surabaya. Sekitar awal tahun 2000-an, beliau menyiasati dan menjawab tantangan zaman yang serba cepat ini dengan hasil karya luar biasa. Cerpen singkat dan padat bertajuk pentigraf.
Pentigraf singkatan dari 'cerpen tiga paragraf' itu langsung melejit dan masyarakat pun menyukainya. Adapun persyaratan pentigraf, antara lain (a) sangat singkat karena terdiri atas tiga paragraf saja, (b) memiliki alur awal, tengah, dan akhir secara jelas, ( c ) padat makna dengan, dipilih kata-kata tepat; jumlah tidak boleh melebihi 210 kata, (d) fokus pada satu tema, ( e ) memiliki karakter/tokoh terbatas, Â (f) memiliki plot twist, dan (g) tidak memiliki dialog.
Agar lebih jelas, berikut penulis sampaikan contoh pentigraf.
Gembolan
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Menjadi ibu muda yang masih kuliah dengan dua balita, bukanlah hal mudah. Sulung dan putra kedua hanya berjarak dua puluh bulan. Keduanya terpaksa harus dibantu susu formula dengan jenis merek berbeda. Jika salah, bisa berdampak fatal: diare! Karena itulah, terasa sangat butuh asisten rumah tangga. Dengan berbagai pertimbangan, kami mencari seorang ART demi kelancaran semua tugas.
Memperoleh seorang ART dari suku Madura dengan logat dan bahasa ibu berbeda menjadi tantangan tersendiri. Gadis bertubuh sintal dan trengginas, sebenarnya sangat ideal. Sayang sekali, belum sebulan beberapa kali didatangi tukang becak, manajernya, diminta berhenti demi memperoleh bonus lagi. Kedatangan tukang becak ini sangat mengganggu karena selain mereka berbahasa daerah yang tidak kami pahami, membuat ART kami menjadi kolokan. Ada saja ulahnya. Tetiba pingsanlah, berdalih sakit perut dengan kondisi perut kramlah, ada saja ulahnya. Bahkan, terang-terangan meminta suami membantu memijat perutnya kala kesakitan. Â
Usiaku masih dua puluh dua, tetapi tak terlintas sedikit pun rasa cemburu. Kutahu  suamiku tipe lelaki setia yang mencintai keluarga. Ia juga suami takut akan Tuhan sehingga tidak perlu waswas akan karakternya. Kami tidak pernah berpikir hal-hal negatif.  Setelah menjerit berguling-guling gegara perut kram, tetiba suami menarik tali kain kumal berisi azimat yang melilit di perutnya. Ia lepas paksa sambil berteriak, "Ternyata kamu punya gembolan dari dukun! Pergi sajalah dari sini!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI