Namun, suatu pagi ....
"Babangay, Sayang! Mau  ke mana Nak? Kok, pagi-pagi sekali kamu sudah  bangun?"  tanya induknya. Â
Ia sangat terkejut karena tidak menyangka gerakan perlahan tersebut didengar sang ibu. Maka ia pun hanya menjawab sekenanya.
"Uuu-uh ... ehm ... a-anu Bu,  Babangay  mau terbang berkeliling desa!" jawabnya tergagap.
"Oh, terbang berkeliling desa? Bagus, itu. Mau ibu temani?" tanya sang induk lagi.
"Tidak usah Bu,  Babangay  ingin terbang sendiri," tukas Babangay.
"Ya sudah, kalau begitu. Hati-hati, ya, Nak! Segera  pulang jika urusanmu sudah selesai," pesan induknya.
"Baik, Bu, Babangay  akan ingat pesan Ibu,"  jawab Babangay  lega.
Ia segera terbang menuju danau. Di sana masih sepi. Ia memandang wajahnya yang terpantul di air danau.
Sambil tersenyum, dia bergumam, "Aku pasti bisa menjadi juara menari musim semi!"
Sejenak kemudian ia  pun  terbang dan bertengger di atas daun teratai  lebar. Ia mulai  merentangkan sayap lebarnya dan mengepakkan dengan lembut ke udara. Matanya terpejam dan membayangkan jika ia sedang berada di atas panggung musim semi.
Ia  mulai berputar, dengan perlahan dan sangat lembut, terbang naik turun dengan indah.  Ia menoleh ke kiri dan kanan, menggeleng perlahan, meliukkan badan dan leher jenjang dengan sangat manis. Kaki panjangnya sekali-kali direntang, dan sejenak kemudian ditekuk layaknya lagak seorang balerina profesional.