Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Silent of Love (Part 11)

17 Agustus 2024   08:16 Diperbarui: 17 Agustus 2024   08:55 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencari Jalan Keluar

Dua tiga hari kemudian, Bagus mencoba menghubungi Lani melalui gawainya. Ia sengaja meminta nomor gawai Melani dari Klana. Sementara, karena Klana sudah menganggap Bagus sebagai kakak angkat dan malah sudah membantu keluarga mereka dalam hal membantu permasalahan Lani, ia pun memberikan nomor adik keduanya itu.

"Halo, Dik. Apa kabar? Nanti pulang sekolah Kakak jemput, ya. Kakak sudah bilang sama Bunda kalau mau mengajakmu ke suatu tempat. Barangkali Adik menyukai tempat itu!"

Tepat jam istirahat pertama, Lani pergi ke toilet wanita agar bisa membuka gawai dan langsung menjawab singkat, "Baik, Kak. Lani tunggu di pos security gerbang depan, ya. Enggak enak kalau Lani berada di tepi jalanan, kan? Baiknya Kakak langsung mencari di situ."

"Siap, Nona cantik!" jawab Bagus.

"Tumben, Kak Bagus kirim pesan. Wuaahhh ... surprise betul! Dari mana ia dapat nomorku, ya? Padahal tidak banyak yang tahu, kecuali keluarga dekat!" batin Lani agak kebingungan.

Tetiba, masuk pulalah geng jail ke area toilet. Mereka adalah grup yang terkenal sering melecehkan dan mem-bully teman yang tidak disukai, termasuk Lani.

"Hai, 'Damon'! Ngapain kau senyam-senyum, ha? Mau kencan dengan gebetan, ya? Udah kangen dimainin tuh, si gunung anakan?" tanya salah seorang haters yang kebetulan lewat di sampingnya.

Lani hanya mendengkus sambil membuang muka berpura-pura tidak mendengar. Lani hendak keluar area setelah mencoba membersihkan wajah di dekat westafel ruangan itu.

Tahu aktivitasnya diacuhkan, si haters memanggil seorang rekan lain dan berbisik-bisik. Rupanya mereka berinisiatif hendak  mempermalukan Lani di hadapan teman-teman lain.

Jam istirahat pertama tinggal sekitar delapan menit. Lani hendak menerobos keempat gadis itu. Namun, salah seorang menghalangi langkahnya.

"Apa kabar 'Nona Damon'?" ledek salah seorang dari empat gadis yang menjadi haters-nya.

"Kencan di mana nanti malam? Boleh kami ikutan gabung, nggak?" salah seorang lain menimpali.

"Eh, buat apa ikut dia?" sambut satu yang lain.

"Yaaa, ... supaya tahu bagaimana aktivitas pacaran mereka, dong!" sambut serempak tiga gadis geng haters yang sedang berikhtiar mem-bully-nya.

Si cantik Lani terdesak di antara empat gadis yang dengan sadis dan semena-mena tega mengerjai rekan satu sekolah ini.

Tetiba, Pak Hamid, salah seorang guru BK melintasi area itu, mendengar suara gaduh, dan langsung melihat ke area toilet wanita. Ditemukanlah kerumunan gadis yang tertawa-tawa mem-bully salah seorang siswa. Beliau langsung masuk dan mendekati mereka.

"Oooo, ... ini pekerjaan para gadis di sekolah ini, ya!" semburnya.

Keempat gadis pem-bully kaget bukan kepalang. Mereka tidak menduga aksinya ketahuan guru, apalagi guru BK. Nyali keempatnya langsung mengkerut juga. Mereka tidak menyangka aksinya ketahuan guru, apalagi guru BK.

"Ayo! Kalian harus ikut Bapak ke ruang BK sekarang juga!" bentak Pak Hamid sambil menunjuk wajah mereka.

Keempat  gadis yang masih syok itu segera digelandang untuk mengikuti langkah beliau.

"Lani, silakan segera masuk kelas!" perintahnya khusus kepada Lani.

Tanpa suara Lani mengangguk-angguk dan menghambur keluar dari area tersebut menuju kelas seperti yang diperintahkan. Jantung Lani sempat berdegup kencang tadi. Pikirnya, kalau tidak ada yang menolong, mungkin dicelakai oleh geng biadab yang membencinya itu.

"Oh, syukurlah. Allah berpihak kepadaku kali ini. Semoga setelah kejadian ini tidak ada kekerasan lagi, baik terhadap diriku maupun siswi lain yang senasib denganku!" batinnya sambil mendekati tempat duduk dan langsung bersiap mengikuti jadwal pembelajaran berikutnya.

"Lan! Kenapa wajahmu pias begitu?" tanya Dian, satu-satunya teman baik yang mau duduk berdekatan dengannya.

Netra Lani langsung berkaca-kaca tanpa mampu menjawab pertanyaan Dian. 

Dian pun mengelus pundak sahabatnya sambil mengangguk-angguk, "Tenang sajalah, semua pasti akan teratasi. Kalau punya masalah, baiknya kamu selalu berdoa di dalam hati. Adukan saja masalahmu kepada Allah, niscaya semua akan ditangani-Nya!"

Melani hanya mampu mengangguk-angguk sambil sesekali menghapus batang air yang membelah pipi mulusnya. Tirta netra itu menitik, bahkan menetes tepat saat seorang ibu guru memasuki kelas. Karena Lani berada di bangku kanan depan bersama Dian, mau tak mau tangisnya diketahui juga oleh Ibu Stefani, guru friendly yang disayangi murid-muridnya.  

"Kenapa lagi anak ini? Sering banget kulihat raut sedihnya begitu!" batin guru muda yang pintar mengambil hati  murid-muridnya itu.

"Halooo ... selamat pagi, anak-anakku yang kusayangi? Apa kabar kalian hari ini?" serunya bersemangat.

"Selamat pagi, Bu!" jawab siswa serempak.

"Kabar baik, Bu. Semoga Ibu pun demikian," jawab ketua kelas mewakili teman sekelasnya.

"Baiklah, presensi bagaimana, Anto? Apakah ada yang tidak hadir hari ini?" sambutnya menanyakan kondisi kelas kepada si ketua kelas.

"Baik, Bu. Hanya satu yang tidak hadir karena sakit!" jawabnya santun.

"Oh, sakit apa? Apa sudah ada di antara kalian yang menjenguk atau setidaknya menanyakan kabar?"

"Belum ada, Bu. Maafkan kami. Baru hari ini Laily tidak hadir. Nanti akan kami cari tahu penyebab absen dan alamatnya, Bu!"

"Baiklah, segera kabarkan pada Wali Kelas, ya Nak!"

"Siap, Bu!"

Beberapa saat kemudian, tatkala pembelajaran berlangsung, ada panggilan khusus untuk Melani. Panggilan disiarkan melalui perangkat khusus di kelas tersebut sehingga hanya penghuni kelas yang mendengar. Diminta oleh operator agar Lani segera ke ruang BK karena keluarga membutuhkannya. Dimintakan juga izin khusus agar guru kelas memberikan kesempatan tidak mengikuti proses pembelajaran.

Guru kelas pun menjawab perangkat intercom tersebut dan mempersilakan Lani keluar kelas menuju ruang BK.

Perasaan Lani pun mengharu biru, sedangkan di kepala Bu Stefani makin berputar sejuta tanya. Ada apa dengan gadis cantik ini? Mengapa ada panggilan mendadak dan tampak penting begitu? Apakah wali kelas sudah mengetahui dan sejumlah pertanyaan lain menggelitik hatinya.

Bu Stefani merasa saat melihat wajah Melani seolah tak asing lagi. Raut muka gadis ini persis banget dengan salah seorang adiknya. Adik yang pergi meninggalkannya karena diadopsi oleh saudara jauh dan dibawa ke benua lain. Adik yang juga sangat dirindukannya. Karena itu, melihat Melani seolah rindunya terobati. Beliau juga merasa wajah yang familier tersebut menyimpan dukalara. Apalagi tampaknya Melani introvert sehingga tak tampak banyak kawan yang membersamainya.

"Aku harus cari tahu ada apa dengan dirinya!" batin Bu Stefani sambil mempersiapkan alat peraga yang hendak dipergunakan menjelaskan materi pelajaran hari ini.

Pelajaran pun berlangsung dengan tenang dan santai. hanya ada dua siswi yang tidak ikut pelajaran, yakni Laily karena sakit dan Melani karena dipanggil petugas BK. Bu Stefani berjanji akan memberikan materi secara pribadi kepada kedua gadis tersebut apabila diperlukan. Namun, jika keduanya bisa belajar melalui teman-temannya, tugas mem-private pun tidak berlaku. 

Malang, 17 Agustus 2024

Terima kasih bapak, Ibu, Adik-adik yang berkenan memberikan apresiasi terhadap langkah latihan saya dalam rangka mengikuti tantangan penulisan novela teenlit ini. Mohon doa restunya agar bisa saya bukukan menjadi buku solo ber-ISBN ke-27. Kiranya Tuhan memberkati kita semua, amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun