Menikmati Masa Purna
Hari ini seperti biasa, pagiku setelah ibadah langsung ke dapur. Sesegera mungkin menanak nasi, memasukkan cucian ke dalam mesin cuci, dan mencuci seperti biasa. Sambil menunggu, selanjutnya menyapu halaman yang dipenuhi dedaunan kering. Maklum ada pohon rambutan, duku, dan mangga termasuk bambu yang selalu menggugurkan daun keringnya. Jadilah aku tukang sapu sementara ditemani si Cantik yang sedang bermain guguran daun.
Usai menyapu segera pula kusiapkan pupuk buat semua tanaman yang ada sebab mangga sudah mulai berbuah, rambutan pun mulai berbunga. Demikian pula pohon duku. Ia sudah menunjukkan tunas dan bakal bunga. Â Itu tandanya awal tahun depan musim panen buah pun tiba. Semoga buah-buahan lebat semata, amin. Kali ini kugunakan pupuk cair EM 4 khusus tanaman yang kucampur dengan air PDAM.
Ketika pemupukan selesai, mesin cuci pun memberi alarm usai mencuci. Tentu saja aktivitas berikutnya adalah menjemur cucian. Tidak butuh waktu lama, paling sekitar sepuluh menit saja. Ketika ke dapur, rice cooker pun sudah beres menyelesaikan tugasnya. Menanak sambil menghangatkan sedikit sayur kare ayam pun beres.
Belum juga duduk istirahat, si Jelita sudah mengeong tanda lapar. Segera kubagikan sisa ikan kemarin buat si Jelita dan si Cantik. Setelah kenyang mereka berdua bermain sendiri-sendiri. Si Jelita masih berada di dalam ruang, sementara Cantik sudah ke mana-mana. Gadisku yang satu ini gemar naik-naik pohon dan mengejar kupu-kupu atau capung. Cicak putih pun menjadi santapan sedapnya.
Suami terbangun ketika pekerjaanku selesai. Beliau langsung bergegas membeli ikan segar buat si kucing. Beliau bilang mending membeli ikan segar daripada makanan kucing sasetan, semisal Wishkas, Kit E Kat, atau Me-o. Katanya lebih banyak dan mantap buatan sendiri. Ketika pulang dari pasar, beliau ternyata juga membeli tomat, wortel, dan mentimun. Bahan-bahan ini khusus untuk jus. Jika suami suka tomat, wortel dan mentimun khusus buatku.
Saat suami ke pasar, aku memanen daun katu yang hendak kubuat soya kucampur dengan kacang hijau dan kacang tanah yang sudah kurendam sejak kemarin. Soya dua jenis kacang dan daun katu ini sangat kusukai. Menurutku campuran ini membuat keringat berbau khas, bau wangi katu. Apalagi manfaatnya bagi tubuh. Daripada membeli kolak kacang hijau, lebih baik membuat soya alias sari pati biji atau buah saja. Bukan susu, sih.  Kalau  susu kan dihasilkan oleh sapi, kambing, atau kuda.
Sejak puluhan tahun silam, tepatnya ketika suami berdinas di salah sebuah yayasan dengan ciri khas anggota kebanyakan para vegetarian, kami berdua gemar sekali mengonsumsi jus buah dan sayur. Oleh karena itu, sejak puluhan tahun silam, kami telah memiliki juicer, bukan blender. Alat ini sangat bermanfaat bagi kami dalam rangka mempersiapkan asupan gizi nutrisi alami.
Bahkan, kami pun mengikuti three days cleansing detox seperti yang disarankan dr. Kuntaraf. Meskipun tidak seratus persen seperti yang disarankan, kami berdua sering banget mengikutinya. Ternyata, dengan cara tersebut kami merasa bugar dan nyaman.
Sampai  saat ini setiap tiga atau maksimal enam bulan sekali,  kami masih melakukan tiga hari puasa tersebut dengan hanya mengonsumsi jus wortel saja. Kalau ada dana lebih, kami gunakan juga apel apkir. Buah tersebut lumayan murah jika sudah agak jelek bagian luar atau kulitnya. Toh, yang kita gunakan sarinya saja, kan?
Selanjutnya, aku bermain-main dengan si Jelita sebentar, kuajak keluar mencari sinar mentari ke teras sebentar, sambil memperkenalkannya dengan si Cantik juga. Sayang, si Cantik masih menggeram sehingga terpaksa Jelita kuajak masuk rumah kembali. Ia sudah bisa bermain sendiri dengan mainan yang ada. Jika lelah, ia akan berbaring dan tidur di mana pun. Biasanya senang di lantai yang dingin. Mungkin karena gerah, ya? Bulunya cukup lebat dan halus, sih!