Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anyelir (Part 19)

1 Juli 2024   08:49 Diperbarui: 1 Juli 2024   08:54 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Anyelir (Part 19)

Depresi

"When a deep injury is done to us, we never heal until we forgive." Nelson Mandela.
Ketika luka yang dalam terjadi pada diri kita, kita tidak akan pernah sembuh sampai kita memaafkan.

Anye sangat sedih. Sehari, dua hari, bahkan hingga seminggu Jalu tidak pulang. Anye kelabakan. Mencari informasi ke sana kemari mengenai keberadaan dan keselamatan sang suami, baik lewat teman-teman maupun lewat pemberitaan dari fakultas.

Tangisan Anye sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwanya. Kurang bergairah menyantap makanan, bahkan sampai pingsan. Demi kesehatan ibu hamil tersebut, keluarga membawanya ke dokter kandungan.

"Sebaiknya, kita arahkan ke psikiater saja, Pak, Bu! Kasihan Mbak Anye!"

"Baiklah, mana yang terbaik saja, Dokter!"

Akhirnya, Anye pun dirujuk ke salah satu RSJ di kota terdekat. Keluarga meminta pelayanan ekstra karena kondisi kehamilan yang sudah memasuki bulan kelima. Kepadanya tidak diberi kesempatan untuk menonton televisi atau pun mendengar berita tentang segala sesuatu yang terjadi di tanah air. Kasihan. Kuliahnya pun terpaksa status terminal dulu demi pemulihan kesehatan sampai kelahiran janin yang diperkirakan Oktober nanti.

Adapun kondisi Anye sendiri hanya mampu diam, melamun, atau menangis. Pada dasarnya, aslinya Anye memang tidak banyak berbicara, kecuali dengan teman yang sudah akrab. Karena itu depresinya pun cenderung diam dan menangis. Lupa makan, lupa bebersih, lupa kalau kandungannya sudah mulai tampak membukit. Tidak bisa diajak berkomunikasi oleh siapa pun. Diam dan diam dengan sesekali menangis.  

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun