Aku pun sangat kaget. Dengan menoleh, kutelisiklah siapa gerangan yang telah memukulku sambil tertawa riang sok kenal. Namun, aku mengingat-ingat dengan susah payah dan sebenarnya juga merasa kasihan karena aku sama sekali tidak mengenalnya.
"Hai, kamu luar biasa, ya! Sudah lama banget tidak bertemu, ternyata kita bertemu di sini! Apa kabarmu, Lolita? Bagaimana kabar Bli Kadek?" berondongnya antusias sok akrab.
Tentu saja aku sangat kebingungan.
"Kok aku disapa Lolita?" batinku sambil susah payah mengingatnya.
Kutelusuri rautnya, tetapi tak berhasil kuingat. Kukernyitkan alis dengan menelengkan kepala.
"Mbak siapa, ya?"
"Ya, Allah, Lita! Aku Tati! Teh Tati, yang dari Bandung, jurusan Tata Boga dan Busana! Masak kamu lupa?"
Aku menggeleng-geleng, "Maaf, Mbak. Saya bukan Lolita, melainkan ...."
Belum selesai aku berbicara, seorang teman lain mendekatinya, "Teteh, maaf ... Mbak ini bukan Lolita. Kabarnya Lolita sudah berpulang tahun lalu, Teh!"
Seketika ada duka mahahebat di netranya. "Oh, maaf!"
#