Damar Derana Part 24
Bonus yang Manis
Hari itu kepala Nadya pusing bukan main. Pambudi mengantarkan ke dokter langganan. Pamela genap berusia tujuh bulan ketika dikabarkan oleh dokter yang merawat bahwa Nadya ternyata sudah hamil tiga bulan. Luar biasa. Baik Pambudi maupun Nadya menyambut berita itu dengan sukacita. Berapa pun Tuhan memberikan, mereka siap menerima dengan bahagia.
Ketika mempersiapkan syukuran ulang tahun Pamela yang pertama, Nadya dan Pambudi berencara menyelenggarakan pesta kecil-kecilan dengan seluruh keluarga inti. Dimintalah ibu dan mertua datang sehari sebelumnya supaya ikut membantu ini itu karena perutnya sudah sangat besar. Perkiraan dokter persalinan dalam minggu ini.
Namun, malam hari sebelum ulang tahun Pamela itu Nadya harus memeriksakan diri ke rumah sakit bersalin untuk mengecek kandungan karena tanda-tanda persalinan sudah jelas. Selain flek, mules berkepanjangan, gelombang cinta pun berdatangan beberapa saat secara berkala. Ternyata, Nadya masih diizinkan istirahat di rumah. Besok diminta kembali jika gelombang cinta sudah semakin intens dan ajeg.
Malam itu, Nadya bermain gym ball dan birthing ball agar baby-nya segera mempersiapkan diri dengan baik. Nadya masih setia mengikuti metode ITS, isap tiup, senyum dalam menanti kehadiran si buah hati. Bernapas dengan perut, bersenandung, dan jalan kaki memutari ruangan rumahnya yang besar dilakukan dengan hati-hati.
Pambudi selalu menemani di samping sambil memberikan support agar tetap tabah dan sabar. Mereka berdua menantikan saat launching putra kedua dengan tenang dan bahagia. Meskipun usia Nadya tidak muda, ia yakin bisa mengalami persalinan secara normal, wajar, dan alami tanpa induksi.
Ketika Pambudi sedang mengistirahatkan diri sejenak setelah seharian bersibuk ria dalam rangka persiapan ulang tahun Pamela, perut Nadya makin sakit. Nadya hanya berdoa agar suami bisa tidur meskipun hanya sebentar. Nadya pun membangunkan Bik Irah dan sopir yang diminta berjaga tidur di rumah itu. Nadya meminta diantarkan ke klinik bersalin dan dibiarkanlah suami beristirahat sejenak.
Arloji imut di lengan menunjukkan angka dua dini hari. Sesampai di klinik bidan jaga kaget karena Nadya sudah pembukaan delapan.
"Sebentar lagi," Â kata bidan sambil tersenyum manis.
"Jika masih kuat, berjalan-jalan saja dahulu!" saran suster. Nadya sudah tidak dapat membalas saran itu dengan senyum karena rasanya bukan main sakitnya.