Prasojo tergagap sejenak. Ia pun berinisiatif untuk bersegera meninggalkan tempat itu, mencari pertokoan di kota terdekat.  Bergegas  membelikan handuk, satu stel baju wanita selengkapnya. Sang dara tidak diperkenankan turun dari  mobil, tetapi ia meminta seorang pramuniaga untuk melayani pembelian seperangkat busana bagi sang putri angkat itu dengan pemberitahuan ukuran tertentu. Dimintanya lengkap sak pengadeg alias satu stel lengkap mulai dari baju dalam hingga sebuah jaket.
Setelah itu, Prasojo segera mencari tempat untuk berganti busana. Dipilihlah tempat yang lengkap, memiliki water hitter sebagai sarana penghangat tubuh agar dengan demikian si putri tidak masuk angin. Lalu singgahlah mereka di sebuah penginapan yang menyediakan sarana yang diperlukan.
Pada pikirnya agar sang putri segera mandi air hangat, berganti busana kering yang baru saja dibelikan, beristirahat sebentar sambil menunggu hujan reda, lalu segera pulang sebelum malam tiba. Ya, mulanya  pikirnya hanya untuk mandi air hangat dan ganti baju saja, sambil menunggu hujan reda. Akan tetapi, suatu peristiwa  tak terduga  terjadi secara luar biasa.
Hujan justru kian deras disertai gelegar guntur dan petir bersahutan. Cuaca tidak bersahabat pun mengharuskan mereka untuk tidak melanjutkan perjalanan pulang walaupun hanya sekitaran satu jam sampai. Kabut, jalan sempit rawan longsor mewarnai kondisi daerah pegunungan sebagaimana biasa. Malam mulai turun. Gelap alam menyelimuti daerah pariwisata perbukitan. Hanya suara hewan malam menghias semesta. Karena itu, di dalam hati sang ayah angkat memutuskan untuk tinggal di tempat itu saja.
_bersambung_