Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memberdayakan Komik sebagai Media Pembelajaran

6 Mei 2024   06:33 Diperbarui: 6 Mei 2024   06:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MEMBERDAYAKAN  KOMIK  SEBAGAI  MEDIA  PEMBELAJARAN

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu 

Mohon maaf, izin mendaur ulang artikel lama. Siapa tahu masih bisa dimanfaatkan.  

Komik yang selama ini acapkali mendapat perlakuan kurang baik, dalam artian mendapat penilaian negatif ini dapat didayagunakan. Baik orang tua maupun guru biasanya kurang 'respek' terhadap siswa yang membawa apalagi membaca komik. Padahal, meskipun dilarang, siswa tetap menyukai komik ini. Secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi mereka akan tetap melahap komik ini sebagai sarana intermezo dan refreshing setelah jenuh mengikuti pelajaran seharian.

Komik  dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:542) didefinisikan sebagai cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang umumnya mudah dicerna dan lucu. Menurut Atmowiloto (1982) komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalan cerita. Biasanya komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga bentuk buku tersendiri. Secara gampang, komik ini dapat disimpulkan sebagai cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku yang umumnya mudah dicerna dan lucu.

Secara awam, seringkali orang tua melarang putra-putrinya membaca komik karena dianggap sebagai hal yang dapat mengganggu konsentrasi belajar. Padahal, komik ini tidak selalu bernilai negatif, dapat menjadi sarana refreshing bagi siswa untuk menghilangkan kejenuhan ataupun mengisi waktu luang, dan dapat memberi inspirasi untuk mencipta karya sastra. Bahkan, ditinjau dari segi proses pembelajaran komik ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dan media pembelajaran.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat beberapa kompetensi dasar, yakni membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan apresiasi sastra. Semua kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa tersebut harus dikemas secara apik dan sarat strategik. Menyajikan semua kompetensi tersebut  memerlukan strategi khusus. Membelajarkan siswa disarankan dengan memanfaatkan media yang sesuai dengan  PAIKEM,  yakni Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Secara khusus penulis akan mengemukakan pemanfaatan komik sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan kompetensi menulis khususnya menulis cerpen.

Berdasarkan pengalaman di lapangan, siswa seringkali mengalami kesulitan dalm menerapkan ejaan (EYD). Misalnya, penggunaan tanda baca koma, tanda kutip, huruf kapital, dan sebagainya. Mestinya kemampuan tersebut telah dimiliki dan dikuasai sejak kelas 4 SD. Namun, entah mengapa, saat duduk di kelas 8 atau 9 SMP pun siswa kurang menguasainya.

Secara teoretis, menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting dan bermanfaat karena dapat mendorong seseorang untuk berkreasi, menyelesaikan studi, menyelesaikan administrasi perkantoran, dan tugas tulis lainnya. Kemampuan menulis ini tidak dikuasai secara otomatis, tetapi perlu dipelajari secara sadar dan sistematis serta diikuti dengan pelatihan yang intensif. Karena itu, kemampuan menulis ini harus dibina sejak siswa duduk di tingkat sekolah dasar, sampai mereka di perguruan tinggi.

Selain itu, menulis juga merupakan kemampuan kompleks yang melibatkan berbagai aspek kebahasaan, antara lain penguasaan kosa kata, pemahaman tentang kalimat dan paragraf, penggunaan ejaan, dan kaitan unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam membentuk suatu pesan secara utuh. Pembinaan  dan pelatihan menulis harus menjadi upaya serius yang selalu ditinjau ulang dan diperbaiki agar siswa memiliki kompetensi secara maksimal.

Dalam kaitan pembelajaran apresiasi sastra diperlukan berbagai jenis materi sastra baik prosa, puisi, maupun drama. Materi  sastra (misalnya cerpen) sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia ini, sebenarnya sangat mengasyikkan. Selain mengandung nilai-nilai moral, sosial, etika, estetika, budaya, dan agama materi sastra tersebut juga dapat memperhalus budi pekerti, menambah wawasan, dan sarat pengetahuan. Guru harus memiliki jurus jitu dalam pembelajaran agar suasana kelas menjadi hidup dan tidak texbooks  belaka. Salah satu upaya menyiasati agar siswa senang dan materi tersampaikan secara menyenangkan adalah dengan menggunakan komik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun