Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Slamet Mencari Selamat

4 Mei 2024   22:51 Diperbarui: 4 Mei 2024   22:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Emak dan bapaknya telah meninggal dunia karena hanyut banjir bandang di Malang Selatan beberapa tahum silam. Desa kecil tempat dilahirkan dan dibesarkan hingga usia sebelas tahun itu tiba-tiba dilanda banjir besar yang tidak disangka-sangka. Apalagi terjadi pada malam hari. Lengkaplah sudah!

Kisah pilu yang dialami memang patut disyukuri karena dia masih hidup. Seandainya saat itu dia tidak ikut truk pisang yang mengangkut pisang ke kota, tentu dia pun ikut hanyut bersama rumah petak dan semua barang yang ada di dalamnya. Kedua orang tuanya pun ikut hilang dan jasadnya tidak berhasil ditemukan oleh tim SAR yang mencarinya bersusah payah berhari-hari setelah malapetaka itu. Saat Slamet ikut menjadi kuli panggul pisang itulah, nasibnya diselamatkan.

Setelah kedua orang tuanya meninggal, Slamet terpaksa hidup nomaden ikut sopir yang mengantar barang dagangan. Bangku sekolah sudah ditinggalkannya. Ketika dicari kepala desa hendak memperoleh orang tua asuh, Slamet sedang berada entah di kota mana. Masih mengandalkan jasa kuli panggul dan ikut truk berganti-ganti tergantung kebaikan hati sopir yang bersedia mengajaknya.

Dari hari ke hari, dari satu truk ke truk lain adalah kehidupannya. Tentang makanan minuman, ada saja sopir yang berbaik hati mentraktirnya. Tentu saja menu biasa, nasi jagung, nasi pecel, nasi lodeh, atau sekadar goreng-gorengan pengganjal perut saja. Belum pernah merasakan lauk ikan apalagi daging. Paling-paling mendol, bakwan jagung, tempe, atau tahu goreng. Itu sudah menu mewah yang bisa disantapnya. Menu belas kasihan para sopir yang mengajaknya.

Tidurnya selalu di truk bagian belakang. Jika sedang ada muatan, Slamet tidur di atas muatan untuk dibawa berpindah dari satu pasar ke pasar lain, satu kota ke kota lain. Jika muatan sedang kosong, dia dan satu atau dua temannya bisa tidur beralas tikar plastik yang disiapkan di bak truk itu. Terkadang, Slamet diminta menemani terjaga di jok depan yang hanya berisi tiga orang termasuk sopir. Kalau berada di kursi nyaman itu, konsekuensinya tidak boleh mengantuk sama sekali dan bertugas menemani sopir agar tidak mengantuk selama mengemudikan kendaraan.

Mengenai honor, Slamet tidak memperhitungkannya. Yang penting dia bisa makan setiap hari, sudah cukup senang.

Adakalanya, sopir mengajak singgah ke pasar loak yang dilewati untuk membeli baju impor bekas, jaket, sekadar kaos oblong atau jenis busana lain yang dibutuhkan. Sementara masalah mencuci baju, ketika ada kesempatan berada di cucian mobil untuk mencuci kendaraan, di situlah sopir, kenek, dan kuli ikutan mandi dan mencuci baju. Untuk menjemur, cukup digantungkan di bagian belakang truk. Memperoleh embusan angin, baju basah pun menjadi kering, bukan?

Hidup yang simple ala sopir dan kenek di jalanan.

Ketika usia delapan belas, ada sopir baik hati yang mengajarinya mengemudikan kendaraan. Jika malam masih berada di jalanan, kadang sopir mengajak berhenti beristirahat di suatu SPBU atau di rest area. Saat pulang dari kota selepas mengantar barang dagangan dan sebelum kembali ke daerah asal untuk mencari dan menjemput dagangan adalah masa menyenangkan bagi mereka, para kru truk yang ada. Malam-malam sepi itulah, Slamet diajari lika-liku menyopir. Dalam waktu sekitar tiga bulan diajari, akhirnya Slamet sudah bisa mengemudikan truk, tetapi belum memiliki SIM.

Pelan-pelan ia memiliki keinginan untuk mengurus SIM A dan SIM B. Beruntung, sopir yang diikuti ke mana pun pergi dan majikannya adalah orang-orang baik yanag pernah dijumpainya. Walaupun hidup di jalanan dengan strata ekonomi di bawah standar, dan di lingkungan orang-orang awam yang kurang terpelajar, akhlak Slamet bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Sopir yang mengajaknya selalu menyelipkan pelajaran di kampus kehidupan agar Slamet menjadi pribadi yang memesona. Tidak perlu harus bersekolah tinggi untuk menjadi orang baik. Orang-orang kecil dan golongan rakyat jelata pun bisa menjadi orang baik yang baik hati dan dermawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun