Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis novel: Centini, Gelang Giok, Si Bocil Tengil, Anyelir, Cerita Cinta Cendana, Rahim buat Suamimu, dll.

Masih terus-menerus belajar: menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjemput Bola: Upaya Menekan Laka Lantas

20 April 2024   20:19 Diperbarui: 20 April 2024   20:28 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MENJEMPUT  BOLA : UPAYA MENEKAN LAKA LANTAS

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

 

Setiap hari kita melaksanakan tugas atau pekerjaan kita di berbagai tempat. Tempat bersekolah, bertugas, berdinas, atau bekerja tersebut adakalanya jauh dari rumah kita.Untuk mencapai tempat tersebut kita menggunakan aneka moda transportasi seperti kendaraan umum (berupa kereta api, bus, metromini, mikrolet, taksi), kendaraan pribadi (mobil atau sepeda motor), atau mendapat fasilitas sarana antar jemput dari kantor.

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat pesat, kepemilikan sarana transportasi pribadi pun semakin meningkat pula. Dari  tahun ke tahun jumlah alat transportasi berupa kendaraan roda dua dan empat jumlahnya semakin menggila. Hal ini terbukti dengan jika kita lihat jumlah kendaraan yang setiap hari melintas di jalan raya yang semakin tak terhingga. Apalagi sepeda motor. Aneka jenis, model, warna, dan merk sepeda motor berada di jalan raya. Bak raja jalanan!

Bila pagi hari pada jam-jam sibuk berangkat ke sekolah atau ke kantor pengendara sepeda motor tersebut bagaikan laron yang keluar dari sarangnya. Bukan main. Demikian juga pada jam-jam sibuk pulang dari sekolah atau kantor. Ruwet dan macet!

Jumlah sepeda motor yang semakin banyak ini juga dipicu oleh betapa mudahnya memiliki kendaraan tersebut. Tanpa uang muka dan dengan cicilan terjangkau. Selain itu, dibandingkan mengendarai mobil (roda empat), penggunaan sepeda motor dinilai lebih irit, praktis, cepat, dan antimacet. Akan tetapi, pertambahan jumlah kendaraan yang tidak dibarengi dengan penambahan sarana jalan raya menyebabkan kendaraan menumpuk di titik-titik rawan tertentu, mengakibatkan kemacetan yang sulit dihindari. Belum lagi tata krama para pengendara sepeda motor yang karena terburu-buru, tidak sabaran, atau karena ego yang tinggi berusaha mendahului kendaraan lain dengan berbagai cara. Semakin semrawut! Sering gegara ulah pemotor kurang sabaran ini emosi pengendara lain pun melejit.

Menggunakan sepeda motor di jalan raya aturan mainnya adalah berada di sebelah kiri kecuali hendak mendahului kendaraan lain atau membelok ke arah kanan. Akan tetapi, yang kita lihat sehari-hari di jalan raya tidak seperti itu. Menyalip dari sisi kiri, tanpa lampu sein (lighting) jika membelok ke arah kanan, berjalan zig zag, berada di sebelah kanan kendaraan lain meskipun tenyata hendak berjalan lurus, bahkan malam hari tanpa menyalakan lampu, dan lain-lain. Berbagai kekurangan dan kecurangan dilakukan oleh pengguna jalan raya khususnya pengendara sepeda motor ini. Padahal, data di lapangan menunjukkan betapa banyaknya nyawa terenggut sia-sia karena penggunaan sepeda motor. Tragisnya lagi, para korban laka lantas ini pada umumnya masih berusia produktif! Sepeda motor yang kita harapkan dapat mengantarkan kita ke tempat-tempat tertentu secara praktis dan ekonomis ini ternyata justru membawa kita ke rumah sakit bahkan hingga ke liang lahat. Betapa sayangnya ... Hanya karena kekuranghati-hatian pengendara, hal fatal pun terjadi.

Jika kita ingat pepatah Jawa alon-alon waton kelakon, atau "Biar lambat asal selamat" mungkin hal-hal yang tidak kita inginkan tidak terjadi di jalan raya. Seandainya  semua pengendara berhati-hati, waspada, saling bersabar, dan mau menanggalkan egonya, kecelakaan di jalan raya pasti dapat ditekan dan diminimalisasi.

Mungkin pihak Polantas dapat berbuat lebih banyak, misalnya setiap perpanjangan kepemilikan SIM mengadakan penyuluhan ulang tentang tata krama berkendara, atau setiap moment tertentu (seperti laka lantas) dijadikan shoch terapy, bahkan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melaksanakan simulasi atau pembelajaran berkendara di kelas-kelas, dan sebagainya.

Andai  pihak Polantas menjemput bola: berkoordinasi dengan sekolah untuk mendata dan merealisasikan kepemilikan SIM serta memberikan penyuluhan misalnya pada saat upacara hari Senin menjadi pembina upacara di sekolah-sekolah, ataupun mengadakan simulasi etika berkendara di jalan raya, semasa menjadi siswa mereka pun akan lebih sopan saat berada di jalan raya karena mereka merasakan bahwa petugas kepolisian pun merupakan guru mereka! Jika hal itu dilaksanakan, para siswa akan menyayangi nyawanya sendiri, nyawa teman-temannya, nyawa saudaranya sebangsa dan setanah air, dengan tidak ugal-ugalan di jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun