AKRONIMISASI: Â Jembatan Keledai Peraih Mimpi
Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu
Â
Â
Jika kepada siswa ditanyakan kesulitan apa yang dialami pada saat belajar, rata-rata akan menjawab 'susah menghafal'. Bidang studi hafalan seringkali tidak diminati siswa (termasuk penulis). Apalagi jika ditambah gurunya serem dan bukan humoris. Siswa cenderung akan antipati dan langsung mengkeret apabila disodori materi yang harus dihafal. Demikian halnya dengan menghafal rumus-rumus pada bidang eksakta. Rata-rata siswa akan merasa pusing tujuh keliling diperhadapkan pada seabreg rumus ini.
Saat kita masih kecil, di era tahun 60-an, belajar ilmu berhitung selalu diingatkan dengan istilah  Pipa Landa yang kita asosiasikan sebagai suatu benda  (pipa cerutu bangsa Belanda). Padahal, kata itu merupakan akronim dari 'ping para lan suda'. Artinya,  perkalian, pembagian, penambahan, dan pengurangan.
Ada juga jembatan keledai tentang tujuh warna pelangi, yakni mejikuhibiniu, bukan? Akronim dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Bukankah masih sangat kita ingat karena ada rumus ampuh itu?Â
Dengan memanfaatkan metode asosiasi dan titian ingatan tersebut ternyata sampai detik ini hal tersebut masih dapat kita ingat. Titian ingatan tersebut telah membantu daya ingat kita menjadi long memory yang tersimpan secara sempurna dalam waktu yang lama. Ternyata, sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah memberdayakan titian ingatan sehingga mempermudah pemanggilan memori ingatan kita. Â Â Â Â Â
Bagaikan perangkat komputer, otak menyimpan sekian megabites memori. Memori tersebut adakalanya tidak dapat dipanggil secara cepat alias error atau hang. Agar apa yang tersimpan dalam memori daya ingat tersebut dapat dipanggil secara cepat, kita dapat menyiasatinya dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya adalah memanfaatkan jembatan keledai.
      Yang dimaksud jembatan keledai sebagai titian ingatan adalah suatu cara memudahkan mengingat dengan memanfaatkan daya asosiasi. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi karya tulis ilmiah sederhana di kelas IX SMP, siswa harus memiliki pengetahuan dan kemampuan menuliskan daftar pustaka.
 Penulisan daftar pustaka tersebut harus mengikuti aturan secara internasional, yakni nama pengarang yang memiliki dua kata atau lebih harus dibalik. Artinya, kata terakhir pada nama pengarang justru diletakkan di depan, kemudian diikuti kata berikutnya. Nama pengarang yang sudah disusun dengan pembalikan tersebut diurutkan secara alfabetis. Kemudian, dituliskan tahun terbit buku yang dirujuk, judul buku yang dirujuk, kota tempat buku tersebut diterbitkan dan diikuti nama penerbitnya.