Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bilakah Gerimis Ini Berhenti

5 September 2020   00:02 Diperbarui: 5 September 2020   00:21 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerimis menyapa hening pagi,
ia menjemput kuncup harum
romansa pun mengintip
terkadang lambat, sesekali menghilang
namun jejaknya masih tertinggal
di sela aroma mawar berduri pemberianmu
yang menikam jemari saat kuelus mesra

Kristal di tepian mata telah lama tandus
kini terasa bertakung menumpuk
Nurani terusik ketika tiba-tiba kau hunus
anak panah ke arah jantung

Sontak kusadar ini hanya hayalan
yang membuatku menggila
jurus arogan menipu daya pikat
yang mungkin suatu hari nanti
kau lihai memungkiri
semudah menebar senyum ironis

Aku terjaring. Dengan gampangnya
kau sodorkan bucket kembang berpita
mencoba merenda dengan segala harap
Seperti kejora yang membiaskan benderang
itulah aku, kau, kita yang tiada henti menerka
tentang sekelumit rasa yang kian merebak

Aku berbisik tepat di telingamu
"Tidak Sayang, tidak semudah itu!
Apa kau lupa? Berapa banyak mimpi
telah kau lenakan hingga embun subuh
terlewati lalu meninggalkan luka lara?
Waktu tak akan merapuhkan ingatan!"

Kau tahu aku bisa apa?
Aku hanya bisa menghela nafas dalam-dalam,
Batinku pun lirih,
"Kenapa gerimis terus saja tak mau berhenti
Kenapa aroma mawar seolah memanggil-manggil
Kenapa rindu selalu saja mencari-cari alasan
Kenapa renjana datang tak tepat waktu?
Kenapa cinta segarang ini? Kenapa?"

NK/05/09/2020
@SangiheBanuaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun