Rona mewarna hati, rasa terbelenggu
padahal di mata hanya ada garis meraut
aku hanya bisa menampik lesu
murka terus saja menyembul,
amarah terus saja memantul
kata anjay memburai, apa tak ada kata lain?
Terlalu menumpuk segala asa
memuja itu karunia
mengagumi itu anugerah
mencinta itu hasrat menggila
helai rasa luruh aksara terkoyak,
kata pun tak mampu ingkar
walau kutahu itu alay, daripada anjay?
Beribu rinai rindu telah tergerai
kilau renggang mestinya menepi
sayang, masih saja kata ajaib itu memburai
andai angin bisa membawa pesan
kupilih alay saja, daripada anjay!
Usailah sebelum kisah indah menggebu
sudahi walau hati meracau
baru tersadar kata sakti itu merancu
berlebihan pahitnya, andai kubisa latah
lalu mengumpat dengan menyerapah
Padahal, gerah pun tak peduli bila  sukma gulana
Berhentilah menyalak... Ingat karma!
kupilih alay saja daripada anjay...?
NK/03/09/2020
@SangiheBanuaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H