Datanglah Sebelum Langit Kosong Tak Berawan
Di beranda ini aku ingin melampiaskan kegundahan
Sebab aku tak mendengar lagi denting piano itu
gesekan angin yang menyentuh kulit
terasa bak hantu gentanyangan,
padahal tak kuundang kehadirannya.
Mengapa menunggu?
Datanglah sebelum langit kosong tak berawan
aku merindu denting itu walau samar
bahkan sesangar apa pun aku berkenan
walau memekak gendang telinga aku rela
di ruang ini aku menunggu pekik denting piano itu.
Di beranda ini aku ingin denting itu menggaung
aku ingin denting itu mengusap wajah kita
aku ingin mengosongkan langit, agar aku bisa
menulis tentang lirik-lirik melankolis penuh prahara
menulis tentang pelosok negeri yang penuh huru-hara
melukis tentang kasak-kusuk barisan aksara penuh makna.
Dalam garis-garis lengkung, kulihat langkah itu berjinjit
menggeliang di atas denting itu, memikul seutas makna
Mengapa menunggu? Datanglah sebelum langit kosong tak berawan
sebab aku ingin menulis tentang banyak hal di sana, di langit itu.
NK/29/08/2020
@SangiheBanuaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H