Dia Ingin Mengumandangkan Kalimah Sakti... Merdeka!
Dia menatap kibasan suci dari kejauhan
Mata itu hambar, ada sisa harap membelenggu
menempel di dasar hati, akankah bisa
menyentuh sedikit saja merahmu
agar bisa melangkah bersama dalam
setiap decak-decak kagum bumiku? Â
 Â
beberapa bulan lalu senyum itu
seperti kepak sayap elang bergerak
pandemi melempar segala riang
ke dalam jurang perih hingga mendekam resah
halaman itu kini bisu, tak ada lagi kumandang
Indonesia Raya dari anak-anak negeri ini
dia hanya bisa merawat luka-luka lara
dalam pandang, hamparan rerumput itu sepi
tak ada lagi kicauan cericis mereka
dari segala giat, sang saka merah putih bersedih Â
mata terbelalak hati meringis,
mengapa harus menatapmu dari kejauhan?
Mengapa bumiku kesumat, tak ada Â
para gadis dan jejaka mengusung pesona
dulu, para prajurit tak pernah lengah
tak kenal jarak menghunus bambu runcing
peluh prajurit berleleran menggetarkan cakrawala
tulang dan debu pejuang menghiasi langit Indonesia
dia hanya bisa merintih, menyeru bangkit Indonesia
dia merisau, mengapa gulita memeluk hamparan lagit persada?
dia hanya bisa berseru. Ini gema suara hati
kumandangkan kalimah sakti... merdeka... merdeka!
biarkan kalimah sakti itu menyalak panjang
biarkan Indonesia memamerkan kerupawanan
serentak bak gemuruh angin menantang awan
dia lalu berbisik. "Aku ingin di benak, di bibir para insan
seluruh insan Indonesia mengumandangkan kalimah sakti
Merdeka, merdeka! Bangkit... ! Jayalah Indonesiaku
NK/17/08/2020
@SangiheBanuaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H