Hal ini dilakukan apa yang akan ditulis secara dapat keluar sesuai apa yang dirasakan penulis. Suasana hati penulis akan mempengaruhi greget tidaknya cerita tersebut. Itulah sebabnya mengapa di atas ada ajakan bahwa sebagai penulis, masuklah secara total mencoba menjadi tokoh dalam cerita. Inilah yang menjadi modal utama dalam penulisan cerita, khususnya cerpen. Ini pula yang membedakan cerita dengan berita. Cerita yang diangkat dari fakta menjadi cerita yang telah dibumbui dengan imajinasi penulisnya.
Dari mana memulai cerita? Beberapa orang menemukan kendala pada saat memulai ceritanya. Padahal cerita dapat dimulai dari mana saja. Dari dialog bisa. Dari latar juga bisa. Oh iya, latar kan terbagi tiga, yakni; tempat, waktu, suasana. Nah, mau dimulai dari suasana, akan ada kaitannya dengan waktu dan tempat (mis; dingin merambah seluruh tubuh, seperti kelamnya malam menuju subuh. Di kamarnya, Ratna masih belum juga bisa memejamkan mata. Tempat: kamar, waktu: subuh dan malam, suasana: kelam dan dingin), ketiganya saling berkaitan erat. Terserah mau mulai dari mana. Awal yang menarik itu penting. Â
Kalau begitu, apa kata atau kalimat pertama untuk memulai menulis? Mulailah dengan menulis hal yang sangat dekat dengan diri sendiri. Misalnya; tentang hobi, pekerjaan, cita-cita, atau tentang keluarga, sahabat mungkin. Bisa juga dari apa yang tengah dipikirkan dan dirasakan. Bahan yang ditulis tentu saja tentang hal-hal yang mudah dulu. Jangan panjang-panjang. Abaikan yang rumit-rumit. Hal yang mudah jangan dibuat rumit.
Demikian sedikit tentang menulis cerita pendek, bukan cerita yang dipendekkan. Tulisan ini bukan menggurui, walaupun saya seorang guru. Hanya sekadar ingin berbagi saja. Selamat mecoba. Semoga bermanfaat!
NK/09/07/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H