Mohon tunggu...
Ninik Karalo
Ninik Karalo Mohon Tunggu... Guru - Pendidik berhati mulia

Fashion Designer, penikmat pantai, penjelajah aksara-aksara diksi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Cerita Pendek Bukan Sekadar Cerita yang Dipendekkan atau Disingkat

9 Juli 2020   10:13 Diperbarui: 10 Juli 2020   06:29 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen atau cerita pendek adalah karya fiksi berbentuk prosa yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Entah duduk santai, duduk antre diperiksa dokter, duduk antre di Bank dan sebagainya (Eko Sugiarto). Lalu apa yang bisa menjadi cerita. Yang bisa menjadi cerita banyak. Dari berita menjadi cerita misalnya. Tinggal bagaimna merangkainya menjadi cerita pendek.

Pengumpulan data itu penting. Bukan hanya tulisan yang bersifat ilmiah harus dimulai dengan pengumpulan data. Tulisan fiksi juga membutuhkan itu. Dari mana itu bisa didapatkan? Dari fakta yang terjadi di seputaran kita. Dari berita bisa. Berita apa saja bisa dimixer menjadi cerita. Berita seputar artis, berita olah raga, hukum, politik, kriminal, hingga berita internasional. Semua itu dapat diubah menjadi cerita, khususnya cerita pendek.

Simaklah berita itu dengan cermat. Perhatikan tokohnya. Ciptakan tokoh fiktif untuk memberi kesan lain. Ini akan membedakan antara fakta dengan cerita fiksi. Jangan lupa, ada tokoh fiktif lain sebagai lawan dialog. Tokoh tak perlu banyak. Kalau saya paling banyak empat. Kadang juga cuma dua.

Pahami karakternya. itu penting. Kekuatan cerita ada pada kekuatan karakter tokoh utama serta tokoh pendukungnya. Juga tergantung penulis dalam membentuk karakter ciptaannya yang digambarkan melalui gaya penceritaannya dengan sudut pandangnya.

Penulis bisa ada dalam cerita sebagai tokoh sentral "Aku", atau penulis berada di luar cerita sebagai tokoh sentral "Dia'. Jika penulis sebagai Aku, posisi penulis ada di dalam cerita, seolah-olah penulislah sebagai korban atau penyandang derita dari cerita tersebut. Sedangkan jika penulis sebagai "Dia", posisi penulis berada di luar cerita. Penulis serba tahu dan dialah pengendali alur cerita.

Mau jadi seperti apa ceritanya, mau dibawa ke mana alur ceritanya tergantung bagaimana penulis mengolah serta meramunya. Hanya menggunakan satu saja sudut pandang. Panjang cerita juga dibatasi. Mengingat panjangnya tidak lebih dari empat sampai sepuluh halaman. Namanya juga cerpen. Asal tidak dipendek-pendekkan. Di Kompasiana justru lebih luwes. Tergantung kebutuhan dan disesuaikan dengan aturan penerbitnya. Setahu saya, setiap penerbit memiliki aturan masing-masing.  

Sekarang alurnya seperti apa? Alur atau jalan cerita. Alur terbagi tiga; alur maju/ linier/ lurus, alur mundur/  flash back, dan alur campuran. Sebaiknya alur dibuat singkat dan jelas. Tidak perlu bertele-tele. Mengingat durasinya singkat. Namanya juga cerita pendek. Namun meskipun singkat, buatlah pembaca menerka-neka dan penasaan. Biarkan cerita menggantung dulu di awal hingga tengah cerita sampai akhirnya dilahap, dibaca habis oleh pembaca.      

Dalam membuat cerita pendek, alur tak selamanya harus linier/ lurus. Harus maju terus(awal kisah dari anak-anak hingga dewasa).

Bisa juga alur mundur/ flash back. Cerita yang bergerak mundur. Digambarkan melalui ingatan masa lalu. Rangkaian momen yang susunnnya tidak runtut atau tidak  sesuai dengan urutan waktu. Namun tetap mengaitkannya dengan peristiwa satu dengan yang lain.

Sedangkan alur campuran, alur yang menceritakan peristiwa bagian tengah cerita menuju ke awal cerita, lalu kembali lagi melanjutkan cerita ke bagian akhir. di sini perlu kejelian penulis dalam meracik atau mengoplos cerita agar dapat gregetnya. Ada sebab akibat (kausatif). Semua hal di muka bumi ini, kejadiannya saling berkaitan. Tidak berdiri sendiri. Seeprti juga cerita. Ada hubungannya antara satu peristiwa/kejadian dengan yang lain, pasti ada kaitannya. Ada sebab maka ada akibat.  

Agar lebih menyatu dengan apa yang ditulis, masuklah ke dalam tokoh yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut secara total. Artinya mencoba menjadi tokoh itu. Seolah-olah tahu betul apa yang dirasakannya. Dalam menulis cerita pendek, menggunakan tokoh korban sebagai sudut pandang penulis, entah sebagai Aku, Dia, atau Campuran dalam ceritanya. Sebaiknya lebih menonjolkan penderitaan sang tokoh sebagai tokoh sentral. Tak bisa disangkali, pembaca lebih suka membaca tokoh utamanya penuh penuh penderitaan. Padahal ada cerita yang kocak, menggelitik juga menarik untuk dibaca.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun