Sudah lama aku menginginkan sebuah liburan yang tidak biasa. Mendatangi tempat yang tak standar.Di sebuah tempat yang kira-kira bisa berbunyi “ selamat datang di alam perawan..”.
Masa kecil dulu, kami sekeluarga sering bepergian ke wisata alam. Kupikir memang tak ada tempat selain alam untuk sebuah kata yang bernama ‘rekreasi’. Sehingga dalam pikiranku menancap kuat arti‘menghabiskan waktu’ untuk liburan. Yaitu tempat yang dekat alam, tidak terlalu banyak pengunjung dan bisa dinikmati secara fisik.Dia bisa gunung, laut, sungai, danau dst.
Saat ini tempat rekreasi untuk liburan bergeser dalam pencitraan. Tempat yang banyak permainan anak-anak dengan berbagai variannya menjadi tempat yang alternatif dan selalu full pengunjung. Di Jawa Timur tempat seperti itu boleh jadi diwakili oleh WBL, Jatim Park, Taman Safari dan beberapa wisata air *sebut kolam renang*. Dengan tiket berkelanjutan pengunjung bisa menikmati semua wahana. Kisaran harga tiket antara 40-70 ribu tergantung momen harinya. Kalau musim libur, bisa dipastikan harga tiket ikut naik.
Tapi bosan juga mendatangitempat itu-itu aja. Hmm..tiba-tiba pengen mengunjungi Blitar. Tempat ini menyimpan banyak situs sejarah yang menjadi minatku. Ada makam Bung Karno, sang Proklamator. Pasti ada tempat lain selain makam. Dan ternyata mbah Google yang paling tahu.Dari hasil browsing ketemulah Candi penataran, Pantai Serang, Pantai Jolotundo dan pantai Tambakrejo. Semua masih asing, dan agak spekulatif karena minim info.Tapi nggak ada salahnya dicoba.
Makam pak Karno tak terlalu ramai hari itu. Tak seperti makam auliya yang selama ini sering kami kunjungi. Sayangnya, usai kami menziarahi makam, kami tak bisa kembali ke pintu masuk untuk melihat perpustakaan. Penjaga dengan galak menyuruh kami melalui rute berikutnya menuju pintu keluar. Sepanjang jalan kami harus melewati pasar souvenir yang panjang dan lumayan jauh dari parkir. Karena anak-anak sudah capek, batal deh acara ke museum.
Kami istirahat sebentar di hotel. Tak ada masalah dengan penginapan. Harga hotel sangat terjangkau, antara Rp.75.000 (ekonomi/fan)sampai dengan Rp 190.000 (eksekutif ber AC). Kebetulan hotel tempat kami menginap dekat dengan Pemeran Industri yang malam nanti bakalan ramai pengunjung mau menonton OM Sagita. Setelah sejenak istirahat, kami menuju Candi Penataran yang berjarak kurang lebih 10 km dari makam bung Karno dan tempat kami menginap.
Sayangnya hujan deras menunda keberangkatan kami, sehingga hari sudah agak sore waktu kami tiba di pelataran Candi Penataran. Masih ada sisa 30 menit sebelum area candi ditutup untuk umum pada jam 5 sore. Wah..kami bergegas melihat dan mengitari candi yang dibangun sejak masa kerajaan Kediri sampai dengan masa Majapahit ini. Dengan demikian candi ini sudah melewati 3 zaman Kerajaan besar yaitu Kediri, Singasari dan Majapahit.
Candi yang terletak di desa Penataran kec. Nglegok Kab. Blitar ini dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus.
Relief candi ini menyimpan kisah cinta saduran dari epos Ramayana, Rama dan Sinta dan konon relief yang memuat romantika cinta Krisnayana dengan tokoh Krisna dan Rukmini, yang dipahatkan pada dinding candi Penataran, dikatakan mirip dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes, sang ardhanareswari.
Yang menarik, beberapa relief candi Penataran memuat visual yang mirip dengan penampilan suku Aztec dan Maya dari Amerika. Termasuk keberadaan relief kaktus yang biasa ditemukan di Mexico, asal suku Aztec. Adakah keduanya berhubungan ? Wallahu a’lam.
Kunjungan yang sangat singkat. Tak cukup waktu yang kami miliki untuk mengitari kompleks candi terluas di Jatim ini. Walau begitu, keindahan dan keanggunan panorama candi Penataran senja itu terasa sungguh mempesona. Tak heran pada setiap purnama, saat Dewan Kesenian Kabupaten Blitar (DKKBI) menggelar pentas budayaPurnama Seruling Penataran (PSP), pelataran candi penuh dihadiri berbagai elemen kesenian seluruh Indonesiabahkan mancanegara. Jejak candi Penataran nampak begitu ritmis dan dejavu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H