Bulan sedang setengah hati rupanya, tak berkenan menemaniku nyeruput kopi malam ini. Sedang aku masih saja di sini, di beranda rumah dengan secangkir kopi hitam yang baru siang tadi selesai kutumbuk dan kusangrai. Katakan aku kuno, silakan saja. Tapi ijinkan juga kukatakan bahwa isi cangkirmu yang berhias siluet rupa-rupa, yang tak lagi hitam karena telah kawin dengan susu dan mocca, adalah kopi banci.
Kopi ya kopi, wedang kopi ya hasil seduhan bubuk kopi. Kopimu kopi banci, terima saja. Kau pun juga banci jika menyatakan cinta padaku saja kau tak berani.
Ah, sudahlah.. Lebih baik aku nyeruput kopi daripada memikirkan laki-laki banci. Laki-laki yang tak suka pada perempuan penggemar kopi juga laki-laki banci.
Kopiku sejati, bung… Begitu pula cintaku…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H