Mohon tunggu...
Ningtyas Saksita Putri
Ningtyas Saksita Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INFP-T, short story writer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia dan Puisi: Sebuah Refleksi ataukah Kritik Semata?

24 Juni 2023   21:40 Diperbarui: 24 Juni 2023   22:12 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gramedia.com/

Dalam penulisan tipografi, puisi miliknya memiliki tipografi yang beragam seperti pada puisi Tetesan Air, Tetesan Air, Hanya Setetes Air yang diawali dengan tanda elipsis (...) seolah mengambil napas panjang sebelum membacanya, pada puisi Biseondae dan Puisi Prosais Setelah Makan Mie Dingin memiliki tipografi paragraf yang menjorok ke dalam, dan ada juga puisi-puisi seperti Anak di Rumah Itu, dan Apa Makanan Bebek Untuk Petang Ini yang tiap larik dan baitnya memiliki tipografi yang serasi. Penggunaan tipografi yang berbeda-beda ini tentu diselaraskan dengan makna puisi yang hendak disampaikan.

Lewat puisi-puisinya, Ryeol mengungkap bagaimana kehidupan sosial masyarakat Korea yang jauh dari kata sempurna. Hegemoni, tidak meratanya tingkat ekonomi, kesewenang-wenangan, kehidupan yang dinamis, dan lainnya berusaha ia gambarkan melalui penggunaan imaji pada puisi-puisinya, yakni meliputi imaji penglihatan, perabaan, pendengaran, perasa, dan lainnya. Seperti terasa pada bait puisinya berikut:

Untuk pertama kalinya aku melihat sawi putih dan lobak yang begitu hijau/

Sesekali kuangkat tangan dan menatap langit/

Mungkin karena tingginya hidup yang tak dapat diraih lagi/ ("Di Mana Mata Rusa Juga Menua", Ryeol, hlm 64)

Imaji penglihatan hadir dalam kutipan puisi di atas, ditandai dengan kata melihat. Pada puisi di atas, imaji penglihatan ini dihadirkan agar pembaca turut merasakan peristiwa yang ada dalam puisi. Peristiwa yang terjadi dalam puisi berkaitan dengan kehidupan yang dinamis, di mana sosok "Aku" dalam puisi ini sedang merasakan puncak kehidupan, yakni masa dewasa. Pada masa dewasa, kita sering kali merasa sudah tidak memiliki impian yang dapat diraih lagi. Penggunaan dan permainan kata yang kolokial juga tidak familier dalam puisi-puisi karyanya menandakan bahwa ia memiliki kemampuan mengolah kata dan memiliki imaji yang sangat luar biasa.

Melihat puisi-puisi Ryeol, tentunya kita akan mengingat salah satu sastrawan Indonesia yang memiliki karya-karya berisi kritik sosial mengenai kehidupan, yakni W.S Rendra. Rendra membuat puisi-puisi berdasarkan kenyataan yang ada pada masyarakat Indonesia. Namun, puisi milik Ryeol tidak hanya berisi kritik sosial mengenai kehidupan, tetapi juga berisi bagaimana manusia merefleksikan berbagai rasa yang hadir saat mereka menjalani kehidupan, seperti rasa cemas, kehilangan, rasa iri, hilang arah, dan lainnya.

Kehidupan orang lain selalu tampak lebih ringan daripada kehidupan diri sendiri/

Dalam tagihan-tagihan pelayanan air, listrik, dan gas// ("Di Kotak Pos Nomor 203",   Ryeol, hlm 50)

Kutipan puisi Di Kotak Pos Nomor 203 menggambarkan salah satu rasa yang muncul pada manusia saat menjalani kehidupan, yakni rasa iri dengan kehidupan orang lain. Kita sering kali tidak mensyukuri kehidupan sendiri karena melihat kehidupan orang lain yang "dirasa" lebih baik dari kehidupan kita. Hal ini bisa menjadi salah satu alasan kita membaca kumpulan puisi milik Ryeol karena gambaran kehidupan yang begitu nyata dirasakan, sehingga kita sebagai pembaca tertarik karena merasa ada orang lain yang "senasib". Ryeol dalam buku "Ikan Adalah Pertapa" tak hanya berisi kritik atas kehidupan yang ia jalani, tetapi juga berisi cerminan atau gambaran mengenai kehidupan yang banyak manusia rasakan.

Meskipun demikian, puisi yang terdapat pada antologi puisi milik Ko Hyeong Ryeol ini menggunakan bahasa-bahasa yang sedikit rumit. Diksi yang digunakan memang sangat unik dan jarang digunakan oleh banyak orang. Namun, nyatanya penggunaan diksi tersebut terkesan berat sehingga sulit untuk menangkap maksud puisi tersebut dalam sekali baca. Untuk memahami puisi-puisi dalam buku antologi ini haruslah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sastra, terutama puisi.

Terlepas dari semua itu, karya antologi puisi milik Ryeol ini mampu memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan sastra terjemahan di Indonesia, sekaligus memperkaya antologi puisi yang sudah ada. Melalui karyanya ini, kita dapat semakin memahami bahwa karya sastra bisa menjadi ladang bagi manusia untuk merefleksikan kehidupan melalui permainan kata, sekaligus menciptakan sebuah kritik mengenai berbagai fenomena di dalam kehidupan yang tengah dijalani. Puisi-puisi dalam karyanya ini diharapkan dapat membuat manusia sadar untuk terus berusaha mendapatkan kualitas hidup sesuai dengan yang mereka inginkan. (Ningtyas Saksita Putri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun