Patung primitif dikenal sebagai kerajinan khas suku Asmat di Papua, Irian Jaya, tapi patung primitif ini bisa dijumpai di daerah Bantul tepatnya di Desa Pucung,Pendowoharjo, Yogyakarta. Desa Pucung sejak tahun 1990-an terkenal produsen patung primitif yang dipelopori pengusaha mebel Ambar Polah .
Semenjak itu masyarakat Desa Pucung menjadi pengrajin patung primitif kemudian awal saat produksi patung dibuat tinggi 50 cm hingga 2 meter. Seiring berjalannya waktu dan permintaan pasar saat ini masyarakat Pucung memproduksi patung ukuran kecil dengan multifungsi yang dulu patung primitif hanya sebagai hiasan.saat ini patung diapplikasikan sebagai tempat tisu, tempat handphone,pulpen,kartu nama hingga tempat asbak .
Proses pembuatan patung primitif tidaklah mudah perlu ketrampilan,keahlian tersendiri hingga menjadi kerajinan patung bernilai dan ekonomi tinggi.Wisatawan berwisata di desa ini dapat mengeksplorasi sambil belajar membuat patung dari  pemilihan bahan baku berasal dari kayu jati,mahoni yang terkenal keras tak mudah pecah saat dibuat patung, membuat pola, hingga pembuatan patung sedemikian rupa .
Tahap awal pembuatan patung primitif adalah pemilihan bahan baku patuny yaitu kayu jati ,kayu mahoni pilihan yang keras supaya tidak mudah pecah dan rusak saat dibuat patung. Proses pembuatan patung berikutnya adalah pembuatan pola yang nantinya pola tersebut menjadi bagian bagian dari patung . Kayu& jati,mahoni pilihan itu dijadikan lembaran papan kemudian digambari pola dan selanjutnyapola tersebut dipotong menjadi bagian bagian patung yang kemudian dirangkai menjadi sebuah patung .
Warna hitam legam pada patung primitif yang menjadi cirikhas patung primitif yang telah dirangkai sedemikian rupa ini kemudian dibakar sampai mencapai warna yang dikehendaki. Proses  akhir dari pembuatan patung yaitu patung telah dibakar sedemikian rupa  kemudian  dicelupkan ke dalam cairan lem lalu diamplas sampai halus.selanjutnya patung yang telah diamplas kemudian diclear agar mendapat kesan terlihat mengkilap dan warnanya tahan lama.
Aktivitas ekonomi penduduk Desa wisata Pucung terletak di selatan kota Yogyakarta tepatnya di dusun Pucung, memang berbeda dari desa yang ada di Sewon dimana sejak 10 tahun terakhir sebagai central kerajinan patung primitif. Keahlian masyarakat desa Pucung tak lepas dari peran seniman besar asal Yogyakarta bernama Bagong Kusudiarjo dan Ambar.
Bentuk patung yang didesain  tidak wajar dengan corak warna yang mencolok hitam,coklat tua,mata melotot,bibir tebal,tinggi kurus menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.Selain patung primitif sensasi menarik lainnya adalah asbak,tempat abu rokok,tempat kartu nama dan lainnya berkualitas eksport ke Timur tengah,Eropa dan Australia .
Tak kalah menariknya tidak hanya patung mereka juga memproduksi meja,kursi,lemari hingga beragam miniatur kendaraan yang eksotis.Produk patung primtif sebagian diekspor ke negara Eropa Timur, Timur Tengah, dan Australia. Selain patung primitif pengrajin patung Pucung memproduksi meja,kursi,lemari hingga beragam miniatur kendaraan dengan harga murah dan terjangkau
Hampir sebagian besar penduduk di desa wisata Pucung mata pencaharian sebagai pengrajin patung ,tapi seiring berjalannya waktu pengrajin tidak saja membuat patung primitif sebagai hiasan saat ini patung diapplikasikan sebagai tempat tisu,tempat handphone,tempat pulpen,tempat kartu nama hingga asbak.Â
Tak heran wilayah ini sering menjadi tujuan wisatawan untuk berburu kerajinan patung primitif yang unik dan tak biasa.Wisatawan selain dimanjakan beragam kerajinan patung primitif wisatawan juga menikmati keindahan nuansa pedesaan nan asri di desa Pucung sambil bermain di wahana arena outbound sembari menikmati aneka kuliner khas desa Pocung dan bermalam di homestay yang nyaman dan berkesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H