"Jangan kembali, gue mohon, dia pasti akan mengulanginya lagi"
" Tapi gue harus kembali, dia pasti nyari gue, dia akan temukan gue, kemana pun kita sembunyi, dia akan temukan kita,"
"Persetan dengan dia, gue cinta elo, gue gak peduli dengan dia"
Belum sempat menjawab, tiba-tiba pintu terbuka lebar akibat tendangan kaki yang kuat dan muka memerah pertanda murka. "Gue udah bilang jangan lo ganggu dia lagi, jangan pernah temui dia lagi, lo gak denger omongan gue.....hah....." dan sebuah pukulan mendarat keras mengenai rahangnya. Darah keluar melalui lubang hidung.
"Hentikan, gue mohon, jangan sakiti dia,"
Plak. Tamparan keras mendarat dipipi ranum itu. "Lu belain dia, hah...dasar perempuan gak berguna, gak tau diri, mulai berani lu ama gue ," salah satu tangannya mencengkeram keras lehernya.
Sebilah pisau terhunus ditangan lainnya. "Gue pengen tau, apa dia masih tergila-gila ama lu tanpa wajah cantik ini". Belum sempat ujung pisau menyentuh pipi itu, sebuahpukulan mendarat diwajah keras itu.
"Jangan sakiti dia, kalo lu berani, lawan gue,"
"Lu pikir gue takut ama lu," Berbalik sambil melayangkan pukulan kearah perutnya. Keduanya terlibat perkelahian yang sengit. Lelaki berwajah keras itu menghunus pisau kearah dadanya, "Gue bunuh lu..!" Sebelum jatuh ujung pisau itu, sebuah teriakan terdengar, "Jangan.....ahhhhhh....." Dan wajah keras itu pun terpercik cairan merah.
Keduanya terpaku. Diam. Sang perempuan roboh ke tanah. Pisau tertancap didadanya. "Bangsat..." sebuah tendangan keras mengahntam wajah itu. Dia pun roboh tak mampu berdiri.
"Jangan tinggalin gue, lu harus bertahan, demi gue, demi cinta kita. Gue udah pernah bilang, lu jangan kembali sama dia, dia akan terus menyakiti dia enggak pernah mencintai lu. Bertahanlah.....demi gue"