Mohon tunggu...
Ning Tri
Ning Tri Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga sederhana, nggak neko-neko. Ingin dan selalu mencoba menjadi tulang rusuk bagi suami supaya tidak menjadi tulang rusak

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana, Paradoks, dan Kejutan

9 April 2011   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_100789" align="alignleft" width="150" caption="ceritanya bukan tentang bernard bear"][/caption] KOMPASIANA

Saya mengenal Kompasiana melalui seorang teman. Sayangnya, Kompasiana tidak mempunyai rubrik Resep Masakan, Fashion, atau Interior. Karena itu, saya jarang berkelana di Kompasiana. Sesekali saya membaca cerpen atau tips-tips kesehatan. Tetapi saya hanya seorang pembaca tanpa identitas, dan saya tidak memberi komentar karena saya belum menjadi anggota.

PARADOKS

Beberapa waktu yang lalu, beberapa Kompasianawan/wati mengumumkan adanya suatu parade penulisan dongeng anak (Paradoks). Saya tertarik dengan kegiatan tersebut, bukan untuk menjadi penulis dongeng, tetapi untuk memberi komentar. Saya pikir bahwa kegiatan ini adalah sesuatu yang positif. Banyak anak Indonesia yang menggemari komik-komik mancanegara seperti Jepang. Komik-komik tersebut, tentunya, memuat kebudayaan negeri asalnya. Dengan adanya Paradoks, yang diharapkan dapat memperkaya dongeng dengan budaya Indonesia, anak-anak kita akan lebih banyak mengenal budaya sendiri.

KEJUTAN

Karena ingin memberi komentar pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan dongeng-mendongeng, saya mendaftar menjadi anggota Kompasiana. Kemudian, saya memberi komentar pada salah satu tulisan Bpk David Solafide. Dalam berkomentar, saya hanya ber’hahahehe’.

Kejutan itu datang ketika Bpk David mengajak saya untuk bekerjasama menulis sebuah cerita (dongeng). Sebagai Kompasianawati baru dan sebagai seorang yang buta internet, saya menjadi bingung untuk menerima atau menolak ajakan tersebut. Saya beritahukan kepada beliau bahwa saya bukan seorang penulis dongeng. Beliau menantang saya untuk mencoba. “Kita tidak akan tahu apakah kita bisa melakukan sesuatu atau tidak jika kita belum mencobanya,” kata beliau. Pak David mengirimkan kepada saya sinopsis cerita itu, dan saya harus menulis keseluruhan ceritanya. Beberapa kali saya kirimkan kepada beliau, dan dengan telaten Pak David mengarahkan saya tentang penggunaan tanda baca, pemilihan kata, dsb. Saat ini, ceritanya sudah hampir rampung. Pak David juga memberi tahu bagaimana caranya menayangkan tulisan di Kompasiana. Ini adalah sebuah pengetahuan dan pengalaman baru bagi saya. Wah, rasanya jadi nggak sabar untuk segera menayangkannya. Deg deg plas, deg deg plas. (ning tri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun