Mohon tunggu...
Abdul Majid
Abdul Majid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Sosial Ekonomi Maritim

Penikmat Sunset Pantai

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Merangkai Persaudaraan, Meraih Harapan dengan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum

9 Oktober 2016   01:47 Diperbarui: 13 Oktober 2016   21:07 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GPMI bersama pemuda Pulau Tunda saat observasi potensi lingkungan (foto : Arsip GPMI)

Kebersihan adalah pondasi dari berbagai kebaikan dan berbagai keindahan

Berbicara tentang Gerakan Budaya Bersih dan Senyum dari Kementerian Koordinator Bidang Maritim, sepertinya akan asing bagi telinga kita semua, tentu karena hal tersebut seperti sebuah paradoks bagi orang Indonesia yang dari dahulu terkenal ramah, murah senyum dan suka bekerja bakti atau gotong-royong membersihkan kampung/wilayah pemukimannya. Ternyata jika ditelisik lebih dekat dalam kondisi saat ini, budaya bersih dan senyum tersebut memang perlahan mulai memudar dan perlahan menghilang di tengah derasnya efek modernisasi yang mendorong setiap masyarakat menjadi egocentris dan individualistik. Sejatinya budaya senyum yang identik keramahan dan budaya bersih dalam bermasyarakat sangatlah memiliki manfaat multiplier effect baik secara sosial, ekonomi dan lingkngan itu sendiri. Hal tersebut telah saya alami sendiri bersama organisasi kepemudaan yang saya aktif di dalamnya yaitu Gerakan Pemuda Maritim Indonesia (GPMI).

Membuka jalinan persaudaraan dengan senyuman

GPMI tepat pada tanggal 22 - 27 Februari 2014 melakukan sebuah kegiatan rintisan community development (comdev) kepada masyarakat khususnya pemuda di Pulau Tunda, Desa Wargasara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang – Banten. Langkah awal bagi GPMI yang berisikan pemuda dengan berbagai latar belakang pendidikan sekaligus sebagai pemuda non-putra daerah Banten, maka kami saat memasuki proses comdev dan jalinan persaudaraan dengan para pemuda Pulau Tunda adalah dengan prinsip “dimana bumi kita injak disitu langit kita junjung”Sehingga permulaan yang kita lakukan saat pertama kali datang di Pulau Tunda adalah dengan membuka senyuman ringan nan penuh keakraban, serta lebih banyak mendengarkan harapan dan masukan dari mereka tentang keinginan kesejahteraan hidupnya. Kedatangan kami seperti menjadi kawan baru bagi para pemuda Pulau Tunda dalam memantik semangat berkarya dan berkontribusi mereka untuk pulaunya. Tiada rasa segan dan canggung diantara kami untuk saling terbuka dan berbagi cerita pengalaman tentang makna sebuah kontribusi pemuda dalam membangun maritim negerinya. Beberapa pemuda Pulau Tunda tersebut antara lain : Gufron, Yopi, Betran, Emen, Sobri, Asep, Jono, Khoir, Lana, Ansor, Hamzah, Oyod, Husen, Neng Hayati, Sunengsih, Rugayah, dan masih banyak lagi pemuda(i) yang belum tersebutkan.

Metode kami dalam mendekatkan diri dan menyatu bersama mereka adalah dengan bertempat tinggal di rumah masing-masing pemuda tersebut untuk saling mengenal dan mendekatkan diri pada keluarganya. Begitu hangat nan penuh rasa syukur rasa sikap hormat kami melalui senyuman berbalas senyuman balik dari orang tua pemuda tersebut dan menjadi permulaan jalinan persaudaraan kami dalam proses comdev yang berjalan hingga sekarang dalam periode tahun ketiga. Bahkan kami pada saat itu pula diajak untuk menjadi tim pengiring pengantin untuk mengetahui budaya seserahan dalam prosesi pernikahan warga Pulau Tunda yang notabene mempelai lelaki adalah kakak kandungnya dari pemuda yang ikut comdev bersama GPMI.

Senyum ceria bersama masyarakat Pulau Tunda dalam budaya seserahan pernikahan (foto : Arsip GPMI)
Senyum ceria bersama masyarakat Pulau Tunda dalam budaya seserahan pernikahan (foto : Arsip GPMI)
Pendampingan peduli potensi diri dan lingkungan

Pendampingan pemuda dalam skema comdev GPMI menggunakan sebuah rumusan perencanaan program dan kegiatan yang disusun berdasarkan hasil pemetaan potensi diri para pemuda dan potensi lingkungan yang tersedia di Pulau Tunda. Rumusan program tersebut hasil musyawarah bersama para pemuda Pulau Tunda dengan fasilitator dari GPMI, yang kemudian rumusan tersebut dinamakan REPETITA (Rencana Pembangunan Tiga Tahun). Rincian dari Repetita adalah sebagai berikut :

Tahun Pertama (Fase Inisiasi) telah dilakukan oleh pemuda Pulau Tunda bersama GPMI selama tahun 2014 dengan konten pengayaan pemahaman (edukasi) tentang kemaritiman, sains, budaya dan teknologi yang mengedepankan prinsip belajar, berbagi, dan bergerak bersama. Kegiatan selama tahap Inisiasi dikemas dalam acara summer camp, seminar, jejak amukti palapa, dan internship program.

Tahun Kedua (Fase Aktualisasi) telah diakukan pemuda Pulau Tunda bersama GPMI di tahun 2015 dengan konten utama yaitu implementasi dari setiap pembelajaran selama tahun 2014. Pemuda Pulau Tunda sudah memulai aktivitas aktualisasi dengan menjadi leader (ketua) dalam setiap kegiatan kepemudaan di Pulau Tunda (seperti : karang taruna), memulai bisnis ekowisata di Pulau Tunda yang terangkum paket wisatanya dengan pemasaran berbasis online di www.tundive.com dan jejaring media sosial. Selain itu juga bisnis perkapalan kayu (skala mini atau besar) dengan pemasaran skala global di www.kapaltunda.com dan media sosial. Selain itu pemuda juga menjadi kakak pendamping bagi adik-adik SD maupun SMP untuk belajar mencintai lingkungan dan kelesatrian alam Pulau Tunda sekaligus mengkader untuk regenerasi peran pemuda Pulau Tunda di masa mendatang.

Tahun Ketiga (Fase Monitoring-Evaluasi) sedang dilakukan oleh pemuda Pulau Tunda bersama GPMI untuk mereview segala aktivitas dari perencanaan program yang telah dilaksanakan sejak tahun 2014 hingga 2016 agar mendapatkan sebuah evaluasi demi perbaikan kedepannya. Selain itu untuk mendapatkan formulasi pendmapingan pemuda pesisir/pulau-pulau kecil yang tepat sasaran, tepat guna dan tepat waktu.

Jejak Amukti Palapa oleh pemuda Pulau Tunda bersama GPMI ke ITS Surabaya bertemu Prof Daniel Rasyied (foto : Arsip GPMI)
Jejak Amukti Palapa oleh pemuda Pulau Tunda bersama GPMI ke ITS Surabaya bertemu Prof Daniel Rasyied (foto : Arsip GPMI)
Berdasarkan assessment profil pemuda Pulau Tunda oleh GPMI, mereka memiliki 2 dominansi potensi diri dalam bidang pariwisata dan perkapalan kayu, dimana potensi tersebut juga menjadi potensi yang tersedia di lingkungan Pulau Tunda. Sehingga kami memfokuskan pendampingan terkait pengayaan manajemen wisata berbasis ramah lingkungan (ekowisata) dan manajemen usaha bisnis kapal kayu yang terpadu. Kami pun mengirimkan 2 orang pemuda Pulau Tunda untuk Internship Program berupa proses belajar langsung kepada para maestro dalam bidangnya selama kurang lebih 4 minggu pada bulan Oktober 2014. Dua orang delegasi pemuda Pulau Tunda tersebut yaitu :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun