Kondisi Indonesia sekarang mencerminkan kondisi rakyatnya secara garis besar, apalagi bila diukur semenjak orde reformasi sampai sekarang. Para artis banyak yang terjun ke dunia politik, hanya bermodalkan dengan ketenaran, tanpa memiliki bekal serta landasan kuat dalam berpolitik. Mereka dalam tanda kutip memanfaatkan para pemilih yang kebanyakan memilih yang hanya dikenal di televisi, tanpa mau peduli rekam jejak dan kemampuannya menuaikan tugas -tugas negara. Mulai dari anggota parlemen sampai dengan wakil kepala daerah, walau pada faktanya, para kalangan artis itupun hanya dimanfaatkan juga oleh partai politik sekedar untuk meraup suara demi mencapai kemenangan, sedangkan urusan janji - jani kampanye masalah belakangan. Karena para pemilih cenderung mudah melupakan dengan apa yang diucapkan para wakil - wakilnya.
Ternyata syahwat berpolitik hadir juga dibenak para pengusaha media tv One, Mnc tv, dan Metro tv. Sedangkan yang membuat miris ialah keinginan para pemilik tersebut untuk berhasrat menjadi Presiden di Republik Indonesia. Bahkan poles dan semir pemberitaan hampir setiap hari di media masing-masing, membuat mereka bagaikan merasa para dewa yang turun dari langit untuk menyelesaikan seluruh kerumitan yang dihadapi bangsa dan negara. Â Bahkan persiapan menjelang pemilu 2019 telah dipersiapkan dari sekarang, untuk segera meraih hasil terbaik dan maksimal. Sehingga timbul fenomena partai mereka berkibar di televisi, dan partai - partai lain tenggelam dari pemberitaan kecuali yang berita negatif. Coba bayangkan nanti saat tahun pemilu 2019, akan terjadi penyimpangan, ketimpangan, dan kejanggalan dalam memuat isu - isu politik nasional.
Sudah seharusnya para pemilih memberikan hukuman positif kepada kalangan - kalangan artis, dengan  tidak memilih mereka kembali di masa pemilu nasional. Biarkan mereka berkreasi di dunianya demi memberikan hiburan kepada rakyat, dan juga menyumbangkan bakat/kemampuannya nya demi memajukan dunia seni berkreatifitas insan musik / perfilman. Spesial bagi para pemilik media, mari kita jatuhkan syahwat perpolitikan mereka agar media televisi kembali objektif dan berimbang. Karena rakyat lebih membutuhkan para pengusaha itu yang murni menjunjung profesionalitas dalam memuat berita, sehingga fenomena pragmatis bisa dihentikan. Marilah mengubah bangsa dan negara Indonesia, dimulai dari rakyat yang lebih selektif dalam memilih para wakilnya di pemerintahan dan parlemen. Jangan biarkan fatamorgana dunia media televisi, mengaburkan cita-cita para pendiri dan pejuang kebangsaan, yang ingin tanah air kita dikelola oleh generasi yang benar-benar kompeten di profesinya baik di bidang politik,hukum,ekonomi dan lain - lain.
Jika tak ada perubahan yang berarti, tv one yang dimiliki ARB berhasil dikembalikan ke habitatnya sebagai pemilik media tanpa embel-embel ketua umum Golkar. Sekarang yang dikhawatirkan ialah partai Nasdem dan Pelindo yang terlihat menggebu-gebu ingin suksesi pemilu 2019, Bayangkan bila kedua partai itu berhasil mengeruk dan mendulang suara yang meyakinkan nanti? Apakah tidak akan menjadi virus yang menular kepada yang lain. Semua partai bisa jadi akan ramai-ramai mengumpulkan dana untuk membangun/membeli stasiun televisi, atau juga pemilik media televisi lain yang asalnya tidak ikut campur politik, malah akan latah dan ikut-ikutan meramaikan percaturan nasional. Padahal mereka secara terang benderang menyalahgunakan frekuensi publik demi kepentingan kelompoknya masing - masing.
Dengan banyaknya partai di Indonesia, hanya akan menciptakan ruang bagi para politisi kutu loncat berpindah-pindah tempat. Yang mereka pikirkan bagaimana memenuhi hasrat dan keinginannya saja, bukan untuk membangun bangsa yang sesuai amanat Konstitusi! Memang bila berbicara partai politik yang sekarang ada, apakah ada yang bersih? sama sekali tidak ada, tapi para partai baru bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah/urusan Indonesia. Karena kunci penyelesaiannya ialah membenahi partai - partai lama agar lebih baik, dan selain itu juga diharapkan muncul generasi-generasi muda yang membawa perubahan positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H