Gemuruh kalbu yang tiada berhenti berderu
Hati yang menambatkan sumbu untuk berlabuh
Poros waktu yang takkan lapuk oleh zaman
Surya merenggang hangat manja di langit senja
Parasmu masih merekat kuat disana
Tegak tabah diterjang ombak
Angin menerpamu keras
Malaikat memelukmu erat tanpa suara
Menidurkanmu dengan nyanyian surga
Kau terlelap dalam rupa lelahmu
Tiada kata selain indah yang terucap lancar dari bibirku
Sayang, karenamu aku tiada mengenal kata lelah
Tuk menulis bersajak-sajak cinta
Syair-syair rindu
Berjuta asa, kisah dan rasa
Tuk membangun dunia
Dimana fantasiku adalah ideologi
Dan kau adalah penegak fondasi
Tuk merangkul semua keluh peluhmu
Dukamu pada dunia
Tuk terus mengagumi
Dan melumuriku dengan pendambaan yang tak terbatas
Tuk terus mencinta
Dan membenam asa dalam angan.
Kau, Fantasia, bagai layar merah merona
Dalam lensa asmara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H