Mohon tunggu...
Nindya Soraya Dharma
Nindya Soraya Dharma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Internet citizen, tea-lover, college-student, Japan fandom enthusiast, philosophy and social issue interest

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berlabuh

26 Agustus 2012   14:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:18 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gemuruh kalbu yang tiada berhenti berderu

Hati yang menambatkan sumbu untuk berlabuh

Poros waktu yang takkan lapuk oleh zaman

Surya merenggang hangat manja di langit senja

Parasmu masih merekat kuat disana

Tegak tabah diterjang ombak

Angin menerpamu keras

Malaikat memelukmu erat tanpa suara

Menidurkanmu dengan nyanyian surga

Kau terlelap dalam rupa lelahmu

Tiada kata selain indah yang terucap lancar dari bibirku

Sayang, karenamu aku tiada mengenal kata lelah

Tuk menulis bersajak-sajak cinta

Syair-syair rindu

Berjuta asa, kisah dan rasa

Tuk membangun dunia

Dimana fantasiku adalah ideologi

Dan kau adalah penegak fondasi

Tuk merangkul semua keluh peluhmu

Dukamu pada dunia

Tuk terus mengagumi

Dan melumuriku dengan pendambaan yang tak terbatas

Tuk terus mencinta

Dan membenam asa dalam angan.

Kau, Fantasia, bagai layar merah merona

Dalam lensa asmara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun