Minggu siang, ketika matahari sedang tingginya berada di singgasananya. Orang muda berkumpul, bersiap berjalan bersama menyusuri Kali Putih, lereng Merapi.
Orang muda dengan semangatnya sudah bersiap dan berkumpul di dekat menara nan tinggi, pos pengamatan Gunung Merapi yang terletak di Desa Ngepos, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Langit memang tapi begitu cerah, awan berwarna abu-abu menghiasi siang itu. Setidaknya terik matahari tidak begitu menyengat, membakar kulit.
Kali ini, anjangsana Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Santa Theresia Salam dan OMK wilayah Santo Ignatius Anthiokia Ngepos menjadi tuan rumahnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin oleh orang muda untuk ajang berkumpul dan saling berkunjung antar orang muda. Kesempatan kali ini ada sebuah sungai yang bisa dimanfaatkan untuk jalan-jalan dan mendekatkan diri dengan alam.
Sekitar 50 orang muda datang dan terbagi menjadi enam kelompok. Perjalanan pun dimulai. Langkah demi langkah menyusuri jalan kecil, melewati jalan setapak di pinggir kali Putih. Tak perlu memakan banyak waktu, perjalanan yang tak cukup jauh mata sudah dimanjakan oleh pemandangan. Kali putih salah satu kali yang pernah terlewati banjir lahar dingin Gunung Merapi. Dulu damnya hancur akibat banjir, kini sudah dibangun dam baru dan terciptalah bendungan air yang luas. Air tampak kehijauan menyegarkan mata.
Orang muda diajak menuruni dam dan semakin dekat dengan genangan air bak danau. Menuruni 12 anak tangga dam yang berdiri tegak, melangkahkan kaki di jalan setapak diapit oleh dua bendungan air. Sembari berjalan, mata diajak mengagumi Gunung Merapi yang memperlihatkan kegagahannya.
Hamparan batu-batu menemani perjalanan alam, abu-abunya langit tak menyurutkan semangat aksi orang muda. Mendekatkan diri pada alam, mengolah raga dan rasa. Jarak 2 km ditempuh jalan kaki selama 1 jam, tak begitu terasa lelah karena pemandangan yang tidak menjenuhkan mata sambil berbincang dengan teman-teman.
Sesampainya di tempat penanaman bibit, keringat terlihat di setiap wajah. Mengusap dahinya, mengipasi badannya dengan tangan, duduk di tanah sembari menanti kedatangan kelompok yang masih belum sampai.
Semua sudah berkumpul, mereka bersama dengan kelompoknya masing-masing bergegas segera menuju tempat yang sudah ditunjuk untuk menanam. Walau sudah sore orang muda ini nampak bersemangat untuk tanam bibit sebagai langkah nyata gerakan orang muda yang peduli dan cinta alam. Inilah aksi orang muda turut melestarikan alam, sebanyak 48 bibit mahoni dibawa dan ditanam di lahan kosong dekat dengan dam. Bibit pohon ini secara sukarela dikumpulkan dari teman-teman muda sendiri, memang setiap wilayahnya wajib membawa dua bibit pohon.
Saling bergantian mencangkul, satu demi satu menggali lubang dan menanam bibit. Inilah langkah nyata orang muda yang tak sekedar mengucapkan dan tahu tentang “save our earth.”
Usai menananam bibit, rekan-rekan muda ini diajak lomba adu yel-yel dari masing-masing kelompok yang bertema cinta alam dan kebersamaan. Matahari yang tertutup mendung dan langit sore tak menyurutkan semangat OMK. Guyonan mereka menghiasi atmosfer kebersamaan di sore itu.
Saatnya kembali pulang berjalan bersama menuju tempat berkumpul semula. Masih menempuh perjalanan sekitar 2 km dan teriakan serta senyuman masih menghiasi perjalanan pulang walau lelah sudah terasa.
[caption id="attachment_327800" align="alignnone" width="300" caption="Orang muda menanam bibit pohon "][/caption]
(Minggu, 16 Maret 2014)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H