Mohon tunggu...
Nindyaa Hasna Faiha
Nindyaa Hasna Faiha Mohon Tunggu... Novelis - Pelajar

Haluan Diksi menuntun diri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Papan Tulis: Peran Ustadzah Ninien Rochmawati dalam Dunia Pendidikan pada Hari Guru

23 November 2024   16:02 Diperbarui: 23 November 2024   18:51 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Hari Guru Nasional tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga sebagai refleksi bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menghargai profesi guru yang tidak mudah dan penuh tantangan. Sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, guru berperan penting dalam mendidik, mengarahkan, dan membimbing siswa agar dapat berkembang menjadi individu yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Mereka bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral, etika, dan sosial yang akan membentuk karakter siswa untuk menghadapi kehidupan di masa depan.

Pada kesempatan ini, kita juga diingatkan bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam memajukan suatu bangsa. Guru adalah garda terdepan dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Dalam situasi yang terus berkembang, di mana teknologi semakin maju dan tuntutan zaman semakin tinggi, guru tetap memiliki peran yang sangat strategis dalam memberikan bimbingan kepada siswa, mengadaptasi metode pengajaran dengan perkembangan zaman, serta mengembangkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya.

Di tengah pandemi yang telah memberikan tantangan besar, guru juga menunjukkan ketangguhan dan kreativitasnya dalam mengajar, baik secara daring maupun luring. Mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam menyampaikan materi, tetapi juga harus memikirkan cara terbaik agar siswa tetap dapat belajar dengan efektif meski dalam kondisi yang serba terbatas. Inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran pun terus dilakukan, dengan memanfaatkan berbagai media dan platform digital, serta metode yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam setiap pembelajaran.

Tak hanya itu, Hari Guru Nasional juga menjadi momen penting untuk menilai sejauh mana kesejahteraan guru di Indonesia. Banyak guru yang masih berjuang dengan kondisi yang kurang mendukung, baik dari segi gaji, fasilitas, maupun pengakuan atas dedikasi mereka. Oleh karena itu, selain menghormati dan memberi apresiasi, kita juga perlu memperjuangkan hak-hak mereka agar dapat terus berkontribusi dengan optimal dalam dunia pendidikan.

Sebagai bangsa yang besar, kita harus berterima kasih dan memberikan penghargaan kepada para guru yang telah memberikan pengabdiannya untuk mencetak generasi penerus yang unggul. Momen ini juga mengingatkan kita untuk terus bekerja bersama-sama dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para guru, agar mereka dapat terus mengembangkan kemampuan dan memberikan yang terbaik bagi masa depan bangsa.

Hari Guru Nasional adalah sebuah pengingat akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan setiap individu. Ini adalah saat yang tepat untuk memberi apresiasi, bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata yang menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Guru-guru kita layak mendapatkan perhatian dan penghargaan lebih, karena merekalah yang membentuk masa depan bangsa ini, satu langkah demi satu langkah.

 Dalam rangka merayakan Hari Guru Nasional, saya mendapat kesempatan istimewa untuk mewawancarai seorang guru yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam dunia pendidikan. Wawancara ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai perjalanan karier beliau, tantangan yang dihadapi dalam menjalankan tugas sebagai pendidik, serta semangat dan komitmen yang terus menginspirasi generasi muda. Melalui percakapan ini, diharapkan kita dapat lebih memahami bagaimana seorang guru tidak hanya berperan dalam mentransfer ilmu, tetapi juga dalam membentuk karakter, kecerdasan emosional, dan nilai-nilai kehidupan siswa.

Pendidikan di Indonesia terus berkembang, baik dari segi kurikulum maupun metode pengajaran, namun tantangan yang dihadapi oleh para guru juga semakin kompleks. Terlebih dengan pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan dinamika sosial yang mempengaruhi cara belajar siswa. Dalam wawancara ini, saya ingin mendalami bagaimana seorang guru menghadapi perubahan tersebut, bagaimana mereka beradaptasi dengan kemajuan teknologi, dan bagaimana mereka tetap menjaga kualitas pembelajaran di tengah berbagai keterbatasan.

Selain itu, saya ingin mendengar secara langsung pandangan guru ini tentang peran seorang pendidik dalam membentuk masa depan siswa, bukan hanya dalam aspek akademis, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan kesiapan mereka menghadapi dunia yang semakin kompleks. Guru adalah sosok yang tak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga memberikan teladan dalam hal etika, tanggung jawab, dan semangat untuk terus belajar.

Melalui wawancara ini, saya berharap dapat memahami lebih dalam mengenai tantangan yang sering kali tidak terlihat oleh banyak orang, seperti beban administratif yang harus dihadapi, tekanan untuk terus berinovasi dalam metode pengajaran, serta peran mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa, terlepas dari latar belakang dan kemampuan mereka.

Tidak kalah pentingnya, wawancara ini juga akan mengupas harapan-harapan dari sang guru mengenai masa depan pendidikan di Indonesia. Apa yang perlu diperbaiki dalam sistem pendidikan kita? Bagaimana peran teknologi dapat lebih dioptimalkan untuk mendukung pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan? Apa yang diinginkan oleh para guru agar mereka bisa terus berkembang dan memberikan kontribusi terbaik bagi generasi mendatang?

Dengan wawancara ini, diharapkan kita semua dapat lebih menghargai peran guru yang sejatinya tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi, membimbing, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang akan terus dikenang oleh para siswa. Hari Guru Nasional bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk bersama-sama memperjuangkan peningkatan kualitas pendidikan, kesejahteraan guru, dan masa depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

 seorang guru yang akan saya paparkan kali ini, adalah sesosok yang memiliki peran besar dalam ranah sekolah islam nurul fikri. sesosok guru itu ialah, seorang kepala sekolah putri di sekolah nurul fikri, yang bernama ustadzah ninien rochmawati. 

  stadzah Ninien Rochmawati adalah contoh nyata dari perjalanan hidup yang penuh transformasi dan keberanian untuk mengikuti panggilan hati, meskipun tidak sesuai dengan rencana awal. Beliau memulai perjalanan hidupnya sebagai seorang lulusan SMK Komunikasi, dengan latar belakang pendidikan yang lebih mengarah pada dunia teknis dan komunikasi. Pada masa awal karirnya, beliau memilih untuk bekerja di sektor telekomunikasi, tepatnya di perusahaan penyedia layanan internet besar seperti Telkom dan XL, di mana beliau menempati posisi sebagai support desk 24 jam. Posisi ini menuntut ketelitian, kecepatan, dan dedikasi tinggi, namun seiring waktu, beliau mulai merasa ada kekosongan dan kejenuhan dalam pekerjaan tersebut.

Merasa ada kebutuhan untuk meraih sesuatu yang lebih bermakna dan memenuhi rasa ingin tahu intelektual, beliau akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada saat itu, ia mencari sebuah universitas swasta yang memiliki fleksibilitas waktu, mengingat beliau sudah bekerja penuh waktu. Setelah melalui proses pencarian yang cukup panjang, beliau menemukan Universitas Indraprasta di Jakarta, yang menawarkan kelas di akhir pekan, memungkinkan beliau untuk tetap bekerja sambil mengejar cita-cita akademisnya. Ustadzah Ninien kemudian mendaftar di jurusan Bahasa Inggris, sebuah pilihan yang pada awalnya tidak pernah beliau bayangkan akan menjadi jalan hidupnya.

Perjalanan akademik beliau di universitas tersebut tidak hanya menambah wawasan dalam bidang bahasa Inggris, tetapi juga membuka pintu baru dalam hidupnya. Meskipun sebelumnya ia tidak pernah memiliki impian untuk menjadi seorang guru, bahkan cita-cita beliau semasa muda lebih condong pada bidang yang lebih teknis seperti insinyur atau dokter, setelah lulus, beliau merasa panggilan hati untuk berbagi ilmu dengan orang lain. Keinginan untuk menjadi seorang guru muncul secara mendalam, sebuah pilihan yang seolah-olah datang dengan sendirinya, meskipun tidak ada rencana untuk itu di awal karirnya.

Setelah lulus sebagai sarjana, beliau memutuskan untuk menekuni profesi sebagai guru Bahasa Inggris di sebuah sekolah. Peran ini awalnya terasa sangat berbeda bagi beliau, namun beliau menjalani profesinya dengan sepenuh hati, memberikan ilmu kepada generasi muda. Beliau kemudian mengabdikan diri di Sekolah Islam Nurul Fikri, sebuah lembaga pendidikan yang telah menjadi bagian besar dalam perjalanan hidup beliau. Ustadzah Ninien tidak hanya berperan sebagai seorang guru, tetapi juga sebagai kepala sekolah putri yang memimpin dengan penuh dedikasi dan visi, memastikan kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa-siswi di sekolah tersebut.

Perjalanan hidup Ustadzah Ninien adalah sebuah contoh yang mengajarkan kita tentang keteguhan untuk mengejar impian, meskipun kadang jalan yang diambil tidak selalu linear. Beliau menunjukkan bahwa setiap perubahan, meskipun terasa besar dan penuh tantangan, dapat membawa seseorang menuju tujuan yang lebih besar, yang seringkali lebih bermakna dari apa yang semula kita bayangkan. Keputusan beliau untuk mengikuti panggilan hati menjadi seorang guru memberikan dampak yang luar biasa tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga pada banyak orang yang terinspirasi oleh perjalanan hidup dan dedikasinya.

Selama mengabdi di ranah pendidikan di Sekolah Islam Nurul Fikri, Ustadzah Ninien Rochmawati tidak hanya berfokus pada perkembangan akademis siswa-siswinya, tetapi juga secara aktif memperhatikan dinamika perubahan yang terjadi di dunia pendidikan, terutama perkembangan teknologi yang begitu pesat. Ketika pandemi COVID-19 melanda dan mengubah hampir seluruh aspek kehidupan, dunia pendidikan juga tak luput dari dampaknya. Di tengah masa yang penuh ketidakpastian ini, para guru dihadapkan pada tantangan besar, di mana mereka dipaksa untuk meninggalkan kebiasaan mengajar tradisional menggunakan papan tulis dan kapur tulis, untuk beralih ke teknologi digital yang sepenuhnya baru bagi banyak dari mereka.

Pada saat itulah, Ustadzah Ninien melihat perlunya perubahan dan adaptasi. Beliau memahami bahwa dunia pendidikan harus tetap berjalan meskipun kondisi dunia sedang tidak normal. Para guru, termasuk dirinya, harus menghadap layar monitor, beradaptasi dengan berbagai platform digital, dan mempelajari aplikasi serta tools yang sebelumnya tidak pernah mereka gunakan. Bagi Ustadzah Ninien, ini bukan hanya soal bagaimana mengoperasikan teknologi, tetapi lebih dalam lagi, yaitu bagaimana memanfaatkannya sebagai alat untuk terus mendampingi dan mendidik siswa-siswi dengan cara yang efektif di era digital ini. Beliau menekankan pentingnya pembelajaran berbasis teknologi, tetapi tidak pernah melupakan nilai-nilai inti yang membentuk dasar pendidikan.

Dalam pandangannya, materi dan kurikulum adalah alat bantu yang penting, namun tidak bisa menjadi satu-satunya fokus dalam pendidikan. Seperti yang beliau katakan dengan penuh bijak, "Materi dan kurikulum hanyalah sebagai alat untuk membantu. Pemahaman para murid itu tergantung oleh sang guru." Pernyataan ini menggambarkan bahwa seorang guru bukan hanya bertugas untuk menyampaikan pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter, memberi inspirasi, dan membimbing siswa dengan cara yang tidak bisa dicapai oleh materi pembelajaran semata.

Saat saya bertanya, "Bukankah teknologi juga bisa menjadi guru?", Ustadzah Ninien tersenyum memahami, dan dengan tenang menjawab, "Memang, teknologi bisa menggantikan sebagai seorang guru. Tetapi, apakah teknologi dapat mengajarkan adab-adab yang telah guru contohkan secara nyata?" Jawaban ini mengandung makna yang sangat dalam. Meskipun teknologi memiliki potensi besar dalam menyampaikan materi pendidikan, ia tidak bisa menggantikan peran guru dalam menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang sangat penting dalam kehidupan seorang siswa. Teknologi tidak bisa memberikan keteladanan langsung, tidak bisa memperlihatkan nilai-nilai adab yang diperankan oleh seorang guru, seperti kesabaran, empati, dan kebijaksanaan dalam menghadapi siswa. Oleh karena itu, meskipun teknologi bisa menjadi alat bantu yang sangat efektif, tetap saja peran guru dalam mentransfer ilmu dengan cara yang lebih holistik dan menyentuh hati tidak bisa tergantikan.

Saat saya bertanya lebih lanjut mengenai apakah beliau merasa bangga dengan pencapaian murid-muridnya, Ustadzah Ninien menjawab dengan senyum tulus dan anggukan kepala. "Setiap anak memiliki kesuksesannya tersendiri, tidak ada yang tidak menjadi sosok yang sukses," ujar beliau. Pernyataan ini mencerminkan filosofi beliau sebagai pendidik yang melihat setiap siswa sebagai individu yang unik dengan potensi masing-masing. Bagi Ustadzah Ninien, kesuksesan bukan hanya diukur dari nilai akademik, tetapi dari bagaimana seorang siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan hidup. Kesuksesan bagi beliau adalah tentang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menemukan jalan mereka sendiri, mengatasi kesulitan, dan meraih prestasi dengan cara mereka masing-masing.

Dalam perjalanan beliau sebagai seorang pendidik, Ustadzah Ninien tidak hanya membentuk karakter para siswa, tetapi juga menanamkan rasa percaya diri dan semangat untuk terus belajar. Keberhasilan para siswa, bagi beliau, bukan hanya soal pencapaian materi, tetapi juga bagaimana mereka tumbuh menjadi individu yang berguna bagi masyarakat dan memiliki karakter yang kuat. Itulah sebabnya beliau selalu memberikan dorongan kepada siswa-siswi untuk percaya pada potensi mereka sendiri, karena setiap anak, di mata beliau, adalah sosok yang berharga dan mampu meraih kesuksesan di jalannya masing-masing.

Ustadzah Ninien Rochmawati adalah contoh nyata dari seorang pendidik yang memahami betul bahwa pendidikan tidak hanya melibatkan aspek kognitif, tetapi juga moral dan sosial. Beliau mengajarkan kita bahwa pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan yang menggabungkan pengetahuan dengan pengembangan karakter, dan di atas semua itu, hubungan antara guru dan murid adalah fondasi utama dari proses belajar yang efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun