Suatu hari saat saya sedang berjalan disebuah pusat perbelanjaan dan berhenti ditempat jual-beli handphone. Telihat seorang anak (kira-kira umur belasan) bersama bapaknya sedang memilih-milih handphone, "pak aku ingin handphone yang seperti itu" ucap si anak sambil menunjuk salah satu type brand handphone ternama
dengan lembut bapaknya menjawab "nak uang bapak hanya ada 300ribu gak cukup untuk beli handphone itu. kita beli yang ini saja ya??"(menunjukan handphone seharga 200ribu)
"aku gak mau handphonenya norak, aku malu kalau harus memakai handphone itu!!" teriak si anak sambil berlalu meninggalkan bapaknya.
Bapaknya hanya bisa mengelus dada, sayapun menghampirinya dan bertanya "maaf pak tadi anaknya? kenapa teriak-teriak begitu?"
"iya dek tadi anak saya satu-satunya, dia monta dibelikan handphone tapi uang saya tidak cukup untuk membelikan yang dia mau" jawab si bapak lemas
"kalau boleh tahu pekerjaan bapak apa?"
"saya hanya seorang pesuruh di sebuah perusahaan, dari dulu anak saya merek dibelikan handphone katanya malu sama teman-temannya sering diledekin gak gaul. Tapi ternyata saya tidak bisa memberikan apa yang dia inginkan"
Singkat cerita bapak itupun pulang dengan muka lemas karena tidak bisa membelikan yang diinginkan anaknya.
kesimpulan : cerita diatas hanyalah sebagian kecil dari keegoisan seorang anak hanya karena malu sama teman dia mengorbakan orang tuanya dan bahkan telah berbuat dosa karena telah memarahi orang tuanya sendiri. Bahkan yang lebih parah hanya karena malu sama teman seorang anak tega tidak mengakui orang tuanya, pengorbanan orang tua itu tidak pernah bisa terbayarkan dan tergantikan, teman hanyalah sesaat tetapi orang tua selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H