Ketiga, robot dengan Ai tidak punya lelah, bahkan mampu bekerja 24 jam. Hal ini dinilai cocok untuk para jemaah lansia yang tentunya memiliki kebutuhan-kebutuhan mendesak dan lebih aman karena mampu berjaga-jaga sampai 24 jam.
Namun, pendamping haji berupa robot dengan kecerdasan buatan pun dinilai tidak mungkin dilakukan karena hal-hal berikut ini:
Pertama, robot dengan kecerdasan buatan sempurna sekalipun tidak bisa memiliki hubungan emosional dengan manusia, bagaimanapun cerdasnya sebuah robot, mereka tidak akan memiliki pola berpikir dan bertindak natural layaknya manusia.
Kedua, bisa saja terjadi eror bahkan sebuah robot dengan Ai masih belum mampu menjawab pertanyaan yang kompleks sehingga bila pendamping haji berupa Ai mungkin yang bisa dilakukan hanya hal-hal mendasar saja yang tentunya sudah diprogram sebelumnya.
Ketiga, pada dasarnya Ai sudah didesain untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan data dan angka, sehingga bila digunakan untuk menjadi pendamping manusia apalagi dalam hal ini ibadah haji beberapa risiko pasti akan ditimbulkan. Kemudian nantinya akan mengganggu kenyamanan dalam beribadah.
Terakhir, produksi robot dengan Ai memerlukan biaya yang relatif besar. Alih-alih menggunakan uang untuk menyewa robot dengan Ai yang nyaris sempurna, sepertinya dana tersebut bisa digunakan untuk naik haji dua kali. EheÂ
      Walaupun demikian tetap saja tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti robot dengan kecerdasan buatan atau Ai ini membaur dengan manusia layaknya seorang teman dan mampu saling mendampingi satu sama lainnya.
(Ninditha Nur Aisyah 090)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H