Ibadah haji merupakan ibadah yang diimpikan oleh semua umat muslim di dunia. Makna haji sendiri adalah berkunjung atau berziarah ke Baitullah (Ka’bah) dengan tujuan beribadah kepada Allah SWT. Saat ini penyelenggaraan haji, khususnya di Indonesia  sudah di atur dalam UU No. 8 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Haji dan Umroh. Hal ini membuktikan betapa pemerintah sangat memperhatikan semua hal yang berkaitan dengan haji dan umroh di Indonesia. Seperti yang kita ketahui  bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang mendapatkan kuota jamaah haji terbanyak dibandingkan dengan negara lainnya.
Dalam UU No. 8 tahun 2019 pasal 2 disebutkan bahwa penyelenggaraan ibadah haji berasaskan: syariat, amanah, keadilan, kemaslahatan, kemanfaatan, keselamatan, keamanan, profesionalitas, transparansi, dan akuntabilitas. Yang mana semuanya itu menjadi dasar dari penyelenggaraan haji di Indonesia.
Nah, untuk memenuhi asas-asas penyelenggaraan haji tersebut, pemerintah gencar melakukan perbaikan maupun inovasi dalam menyediakan fasilitas pendukung penyelenggaraan haji, serta sarana dan prasarana. Hal ini demi meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji di setiap tahunnya sehingga pelayanan, pembinaan atau bimbingan, serta perlindungan kepada jemaah haji semakin baik dan jemaah pun bisa beribadah dengan tenang, memperoleh gelar haji mabrur, dan kembali ke tanah air dengan selamat.
Inovasi dan perbaikan dari tahun ke tahun sangat terlihat perubahannya, mulai dari pembenahan administrasi berupa dokumen, pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi, kesehatan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang mendukung kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji  mulai dari embarkasi (keberangkatan), di tanah suci, sampai debarkasi (kepulangan ke tanah air).
Inovasi-inovasi yang dilakukan saat ini pun tidak jauh dari faktor perkembangan teknologi, diawali dengan adanya SISKOHAT (Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu) pasca insiden di Mina, kemudian berkembangnya SISKOHAT Gen 2, disusul dengan adanya pendataan jemaah dengan menggunakan rekam biometriks, inovasi baru berupa gelang jemaah yang memiliki QR code yang berisi rekam data identitas jemaah sehingga memudahkan petugas haji dalam mengidentifikasi dan membantu jamaah, pencetakan visa yang sudah bisa dilakukan KEMENAG di Indonesia berupa visa print kertas sehingga tidak perlu menunggu visa dari kedutaan Saudi yang prosesnya sangat lama, medical record atau rekam kesehatan jemaah yang sudah di sinkronkan dan terintegrasi dengan SISKOHAT via aplikasi, adanya aplikasi haji pintar yang tentunya mempermudah jemaah haji karena memiliki fitur-fitur yang lengkap, mulai dari bimbingan manasik haji, layanan-layanan dalam negeri, informasi jemaah haji, keuangan haji, layanan luar negeri, dan masih banyak fitur-fitur yang mempermudah penyelenggaraan haji.
Ya, secara tidak sadar penyelenggaraan haji di Indonesia memang sudah menggunakan Ai (Artificial Intelligence) dimulai dari adanya SISKOHAT pasca insiden di Mina hingga perkembangan fitur-fitur aplikasi haji yang mempermudah jemaah. Penggunaan big data seperti itu merupakan pemanfaatan Ai. Lalu apakah mungkin bila 2045 nanti pendamping haji akan digantikan dengan Ai? Seperti yang sudah kita ketahui, munculnya Sophia sebagai robot dengan kecerdasan buatan (Ai) yang membuat robot ini bertingkah persis layaknya manusia. Mampu berinteraksi, berekspresi, bahkan diklaim sebagai robot tercerdas di dunia yang kemudian disusul dengan robot-robot yang menggunakan Ai.
Seperti dikutip dari Liputan6.com, Minggu (20/12/2020), sebuah robot Ai bernama Erica yang dibuat oleh dua ilmuwan asal Jepang, yaitu Hiroshi Ishiguro dan Koheii Ogawa sudah terpilih sebagai pemeran utama dalam sebuah film sci-fi. Dari hal itu sudah dapat kita bayangkan, betapa teknologi mampu berevolusi sedemikian rupa hingga sampai pada puncak yang hampir menyamai kemampuan manusia, memiliki kepribadian, mempunyai perasaan, mampu membaca emosi, bahkan mendapat kewarganegaraan. Dikutip dari sindonews.com, Minggu (20/12/2020) robot dengan Ai yang telah memperoleh kewarganegaraan adalah robot Sophia. Sophia memperoleh kewarganegaraan Arab Saudi tahun 2017 dan menjadi robot pertama yang memiliki kewarganegaraan.
Jadi, apakah 2045 pendamping haji akan berganti menjadi robot dengan Ai yang sudah nyaris sempurna?
Pertama, bila pendamping haji berupa robot dengan Ai maka kuota sisa haji bisa dimaksimalkan atau digunakan untuk jemaah yang sudah ada dalam waiting list. Dengan kata lain, Ai tidak memerlukan kuota haji sehingga dapat memperpendek waiting list yang ada.
Kedua, jemaah tidak perlu memikirkan hubungan keluarga atau bukan, mahram atau bukan, dalam hal ini tentu saja lebih mempermudah keluarga dari jemaah haji terutama lansia, karena tidak perlu memikirkan syarat-syarat pendamping haji, biaya yang harus segera dilunasi, dan syarat-syarat lainnya.