Mohon tunggu...
Nindi Fatqiya
Nindi Fatqiya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persepsi dan Bagaimanakah Suatu Informasi tersebut Akhirnya Diproses

4 April 2018   21:35 Diperbarui: 4 April 2018   21:45 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
moodle.hollandchristian.org

Bagaimanakah suatu informasi tersebut akhirnya diproses menjadi persepsi tentang sebuah objek ?

Para ahli psikolog yang mempelajari persepsi telah mengembangkan dua teori tentang cara manusia memahami dunia. Teori, persepsi konstruktif (construktif perception), yang menyatakan bahwa manusia "mengkontruksi" persepsi secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Yang disusun berdasarkan anggapan bahwa selama persepsi kita membentuk dan menuji hipotesis -- hipotesis yang berhubungan dengan persepsi berdasarkan apa yang kita indra dan apa yang kita ketahui. P

ara kontruktivis berpendapat bahwa perubahan -- perubahan pola stimulus asli tersebuty tetap anda kenali segera karena adanya interferensi bawah -- sadar (unconsious interference), yakni sebuah proses ketika kita menginterpretasikan informasi dari sejumlah sumber, untuk menyusun suatu interpretasi. Teori ini sangat berkaitan dengan pemrosesan "top-down" dan konsisten dengan sudut pandamg sejumlah besar psikolog kognitif yang menangani permasalahan pengenalan pola visual. 

Teori lainnya adalah teori,  persepsi langsung (direct perception), menyatakan bahwa persepsin terbentuk dari perolehan informasi secara langsng dari lingkungan. Dimana stimuli adalah lemen penting dalam persepsi dan bahwa pemeblajaran dan kgnisi tidaklah penting dalam persepsi karena lingkungan telah mengandung cukup informasi yang dapat digunakan untuk interpretasi. 

Pendukung utama teori ini adalah almarhum James Gibson(1966,1979) dan para muridnya di universitas Cornell, seperti James Cutting(1986-1993) dan menyatakan bahwa "persepsi langsung mengasumsikan bahwa keaneka ragaman lapisan -- lapisan optik sama kayanya dengan keanekaragaman dalam dunia ini". Gibson juga berpendapat bahwa isyarat -- syarat visual - seperti perspektif linier, ukuran relatif -- yang diteliti dalam laboraturium, tidaklah sebanding atau relevan dengan persepsi kedalaman dalam dunia yang sesungguhnya.

Seorang kontruktivis menyatakan otak bersifat interpretatif. Otak menggunakan heuristik dan alogaritma untuk memproses sinyal -- sinyal informasi. Dan sebuah keanehan dalam karakteristik penglihatan manusia adalah tendensi untuk "melihat" objek -- objek yang tidak eksis di dinua fisik. Yang mana ilusi -- ilusi tersebut hanya datang dari buku hanya dari sensasi yang diindra dari dunia fisik, melinkan juga dari predisposisi sistem visual kognitif yangmendistorsi imaji dari dunia nyata.

Sejenis ilusi yang menggambarkan cara pikiran mengorhanisasikan stimuli visual sekaligus menggambarkan pentingnya pikiran dalam suatu objek, dalaha ilusi yang disebut kontur ilusoris(illusory contour).Kontur ilussoris adalah persepsi terhadap bentuk namun bentuk tersebut hanya ada di perseptual kognitif, bukan di stimuli. Mpada ilusi kita ada yang yang terjadi akibat adanya inhibisi lateral (lateral inhibition), yakni tendensi dari elemen -- elemen neural yag saling berdekatan dalam retina untuk merintangi sel -- sel disekelilingnya, sehingga memperkuat pesan terhadap kontur. 

Hal tersebut juga berdasarkan sudut pandang evolusioner, kebutuhan untuk melihat bentuk, sudut, dan pergerakan (dan juga wajah sebagaimana diasumsikan beberapa ilmuwan) adalah bentuk kebutuhan yang penting sekali bagi kelangsungan kehidupan. Beberapa ilmuwan seperti Ramachandran (1987) mengajukan gagasan bahwa persepsi terhadap kontur ilusoris adalah suatu alat untuk meniadakan kamuflase.

Para psikolog Gestalt mengajukan gagasan yang kemudian dikenal sebagai pragnanz yang kemudian menjadi hukum utama persepsi Gestalt, yaitu " bahwa manusia membentuk ilusi -- ilusi subjektif akrena adanya tendensi untuk melihat figur -- figur sederhana dan familiar dalam wujud yang baik(untuhy, lengkap) di lingkungan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun