Toko Mutu Philip B. Crosby merupakan suatu pendekatan manajemen kualitas yang dikembangkan oleh Philip B. Crosby, seorang ahli manajemen kualitas terkemuka pada abad ke-20. Konsep ini menekankan pentingnya pencegahan daripada inspeksi dalam memastikan kualitas produk dan layanan. Dalam toko mutu, setiap departemen atau unit kerja diorganisir seperti sebuah 'toko' yang bertanggung jawab untuk memastikan kualitas produk atau layanan yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah cacat dan memastikan kepuasan pelanggan melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen kualitas yang ketat dan sistematis. Konsep toko mutu ini telah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan filosofi dan praktik manajemen kualitas yang berfokus pada pencegahan, pendidikan, dan perbaikan berkelanjutan.
A. Tokoh Pemikir Tentang Mutu
     Mutu menurut Philip B. Crosby dalam Hadits dan Nurhayati (2010:2) adalah kesesuaian terhadap persyaratan, yaitu sejalan dengan apa yang diamanatkan atau dibakukan. Ketika suatu produk memenuhi persyaratan tertentu, maka dikatakan berkualitas tinggi. Persyaratan ini mencakup bahan mentah, metode produksi, dan barang akhir. Dari tokoh-tokoh tersebut dapat diketahui bahwa mutu adalah suatu kebutuhan konsumen yang berkaitan dengan persepsi kebutuhan konsumen terhadap suatu barang tertentu atau mutu adalah ukuran suatu produk yang berkaitan dengan persepsi kebutuhan konsumen terhadap suatu barang tertentu. Dari ketiga tokoh tersebut, Mutual dapat dipahami sebagai semacam imbalan dari luar yang diterima pelanggan berdasarkan kebutuhan dan keinginannya.
B. Pemikiran Dalam Manajemen Mutu Pendidikan
Philip B Crosby
     Berdasarkan pendapat B. Philip Crosby, penerapan pendekatan sistematis dalam mencapai mutu akan menghasilkan kualitas yang tinggi. Penghematan dalam suatu organisasi akan otomatis terjadi jika prosesnya dilakukan dengan tepat. Penting untuk selalu berhati-hati dalam setiap aspek yang melibatkan input, termasuk materi pelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor), metode pengajaran, fasilitas, serta sumber daya lainnya. Dalam konteks pendidikan, mutu merujuk pada prestasi yang diperoleh oleh sekolah dalam periode waktu tertentu.
Ada 14 langkah untuk meraih manjemen mutu pendidikan, yaitu:
- Komitmen Manajemen (Management Commitment),
- Â Membangun Tim Peningkatan Mutu (Quality Improvement Team),
- Â Pengukuran Mutu (Quality Measurement),
- Â Mengukur Biaya Mutu (The Cost Of Quality),
- Â Membangun Kesadaran Mutu (Quality Awareness),
- Â Kegiatan Perbaikan (Corrective Action),
- Perencanaan tanpa cacat (Zero Deffects Planning),
- Menekankan Perlunya Pelatihan Pengawas (Supervisor Training),
- Menyelenggarakan Hari Tanpa Cacat (Zero Defects Day),
- Penyusunan Tujuan (Goal Setting),
- Penghapusan Sebab Kesalahan (Error Cause Removal),
- Pengakuan (Recognition),
- Mendirikan Dewan-dewan Mutu (Quality Councils),
- Lakukan Lagi (Do It Over Again)
C. Konsep Mutu Philip B.Â
     Crosby Quality, dalam pendapat Philip Crosby, merupakan komoditas bebas karena terdapat pemborosan yang berlebihan dalam sistem ketika mencoba meningkatkan standar. Philip Crosby juga berpendapat bahwa jika institusi mempunyai kemauan untuk melakukan hal tersebut, segala sesuatu dapat dihilangkan, termasuk kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu. Keduanya adalah ide nol cacat yang kontroversial. Jika pandangan Crosby diterapkan dalam bidang pendidikan, hal tersebut dapat sangat membantu dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengurangi kegagalan siswa yang sering terjadi di beberapa lembaga pendidikan. Crosby, bersama para pendidik, berupaya keras untuk menciptakan hasil yang tanpa cacat, meskipun memang merupakan hal yang sangat menantang. Menurut Philip B. Crosby, mutu merujuk pada sejauh mana suatu produk atau layanan memenuhi persyaratan atau standar keunggulan yang telah ditetapkan, seperti ketahanan air, daya tahan sepatu, atau keahlian seorang dokter. Pendekatannya dalam hal ini adalah dari atas ke bawah (top-down).    Mutu (Kualitas) pendidikan tidak adalah hasil dari suatu proses pendidikan; sebagaimana jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka ada peluang yang sangat besar yaitu memperoleh hasil pendidikan yang mutu. Mutu pendidikan berada dalam suatu spektrum mulai dari kualitas rendah hingga tinggi, sehingga dapat dianggap sebagai sebuah variabel. Dalam kerangka pendidikan sebagai sistem, kualitas pendidikan dapat dianggap sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kepemimpinan, atmosfer organisasi, kualifikasi guru, anggaran, ketersediaan fasilitas belajar, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H