Mohon tunggu...
Nindi Alaida
Nindi Alaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Maraknya Makanan Berbahaya, Dosen Teknologi Pangan UMM Bergerak!

18 Desember 2024   08:10 Diperbarui: 17 Desember 2024   07:36 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dewasa ini, banyak sekali makanan-makanan baru yang bermunculan atau disebut sebagai makanan “masa kini” yang digandrungi banyak remaja. Makanan-makanan tersebut memiliki visual yang menarik, murah, dan mudah untuk ditemukan. Selain itu, masifnya informasi di media sosial tentang makanan viral, membuat remaja-remaja semakin sering untuk berburu makanan-makanan “masa kini”. Namun, dibalik visual makanan yang menarik, rupanya masih banyak pedagang nakal yang memasukkan bahan tambahan berbahaya bahkan dilarang penggunaannya pada makanan oleh pemerintah ke dalam makanan. 

 Penambahan bahan tambahan berbahaya tersebut tidak lain untuk memperpanjang masa simpan makanan dan menyempurnakan visual makanan yang diolah. Bahan-bahan tambahan berbahaya tersebut antara lain formalin, boraks, metanil yellow, dan rhodamin B. Keempat bahan tersebut merupakan bahan tambahan berbahaya yang sering digunakan oknum pedagang untuk dimasukkan ke dalam makanan. Maraknya penggunaan bahan tambahan berbahaya pada makanan, mengharuskan dosen Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang untuk mengedukasi remaja khususnya siswa/i SMAN 1 Blitar tentang bahaya dan ciri-ciri makanan yang mengandung bahan tambahan berbahaya seperti formalin, boraks, metanil yellow, dan rhodamin B.

 Edukasi bahan tambahan berbahaya tersebut dilakukan pada hari Jum’at (04/12), di aula multimedia SMAN 1 Blitar yang dihadiri hampir 50 siswa/i. Pada kesempatan ini, Hanif Alamudin Manshur S.Gz., M.Si selaku dosen dan Ketua Program Studi Teknologi Pangan UMM memberikan edukasi mengenai penanganan pangan yang baik untuk menciptakan food safety. Pada edukasi tersebut beliau memperkenalkan kepada siswa/i SMAN 1 Blitar apa saja bahan-bahan alam yang termasuk dalam kategori pangan. Edukasi ini menciptakan interaksi antar siswa/i dan dosen sekaligus memberikan pendidikan tentang kontaminasi pangan yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

 Interaksi antar siswa/i dan dosen tidak berhenti pada materi tersebut. Edukasi dilanjutkan oleh Prof. Noor Harini, MS sebagai salah satu guru besar dan dosen Teknologi Pangan UMM. Beliau menyampaikan materi mengenai bahan tambahan pangan (BTP) yang merupakan fokus ilmu beliau. Pada edukasi ini, Prof Noor Harini atau yang biasa disapa sebagai Prof Noor menyampaikan informasi-informasi penting mengenai bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan bahan tambahan pangan yang berbahaya untuk dikonsumsi. Pada kesempatan ini juga, Prof Noor memberikan informasi mengenai undang-undang yang mengatur tentang bahan tambahan pangan dan undang-undang mengenai perlindungan konsumen dari bahan-bahan berbahaya. 

 Setelah penyampaian materi di aula multimedia, siswa/i SMAN 1 Blitar melakukan uji cepat untuk mendeteksi formalin, boraks, metanil yellow, dan rhodamin B di laboratorium Biologi yang berada di kawasan SMAN 1 Blitar. Pada praktikum ini, siswa/i dibagi menjadi 6 kelompok dan melakukan uji bahan tambahan berbahaya dengan rapid test kit FMR, BMR, dan CMR. Siswa/i diberikan beberapa sampel berbeda berupa yang lumrah atau sering ditemukan disekitar sekolah. Berdasarkan uji cepat tersebut didapatkan, cilok, kue lapis, kueku, tahu kuning, cimol, dan mie basah positif mengandung formalin. 

 Hal tersebut menandakan, di era yang modern ini masih banyak pedagang yang menggunakan bahan tambahan berbahaya untuk dimasukkan ke dalam makanan. Oleh sebab itu, diperlukan pengawasan ketat dari dinas terkait, serta edukasi kepada pedagang tentang bahaya bahan tambahan berbahaya non pangan. Selain itu, perlunya peraturan yang lebih mengikat tentang oknum pedagang makanan yang masih menggunakan bahan tambahan berbahaya karena hal tersebut membahayakan masyarakat luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun