Mohon tunggu...
Nindi Aisyah Syaputri
Nindi Aisyah Syaputri Mohon Tunggu... Perawat - Universitas Airlangga

Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hubungan Stres Akademik dengan Emotional Eating pada Mahasiswa

30 Mei 2024   14:36 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:49 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mahasiswa merupakan kelompok yang rentan mengalami stres. Pada kelompok mahasiswa, sumber stres bisa muncul baik dari aspek akademis maupun non-akademis. Penyebab stres yang tidak ditangani secara baik dan benar akan menyebabkan tidak efektifnya sistem mekanisme koping seseorang. Sistem mekanisme koping adalah mekanisme pertahanan diri seseorang terkait adanya perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar individu. Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif akan menstimulus otak melepaskan kortisol melalui kelenjar adrenal sehingga terjadi peningkatan motivasi dan nafsu makan.

Banyak diantara kami selaku mahasiswa yang memiliki pola makan yang buruk. Kami makan ketika sedang merasa stres dengan banyaknya tugas kuliah, setiap kali mengerjakan tugas harus selalu diiringi dengan mengkonsumsi makanan ringan, dan juga seringkali makan karena merasa cemas ketika akan menjalani ujian maupun ketika menunggu hasil ujian. Konsumsi makanan atau minuman yang dilakukan bukan karena kebutuhan tubuh, melainkan akibat dari suatu emosi negatif dapat disebut sebagai emotional eating.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani & Mahmudo (2021) terdapat hubungan antara stres akademik dengan emotional eating dimana 47,4% siswa mengalami stres akademik dan 51,1% mengalami emotional eating. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat stres akademik, maka semakin tinggi pula tingkat emotional eating. Emotional eating dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, stress, kebosanan dan hampa, lingkungan sosial, suffing emotion, kebiasaan masa kecil, dan aktivitas fisik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Masmuti (2022) pada faktor jenis kelamin, terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki. Ditemukan bahwa emotional eating ini lebih banyak dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki cenderung menggunakan problem focused coping sehingga memilih untuk langsung menghadapi sumber stres. Sedangkan perempuan cenderung menggunakan emotional focused coping sehingga cenderung untuk mengatur emosi dalam menghadapi sumber stres yang mereka hadapi (Lestarianita & Fakhrurrozi, 2007). Selain itu pada faktor pendidikan, mahasiswa semester akhir merupakan kelompok yang banyak mengalami emotional eating. Pada mahasiswa semester akhir selain tugas-tugas perkuliahan, mahasiswa di semester ini juga sudah mulai menyusun skripsi. Selama proses pengerjaan skripsi, banyak kendala yang dihadapi oleh mereka, diantaranya adalah kesulitan menemukan tema, menentukan sampel dan alat ukur yang digunakan, kendala dalam mengumpulkan data, dan kendala yang lainnya.

Perilaku emotional eating yang dialami oleh mahasiswa dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit yang membahayakan seperti obesitas, penurunan fungsi otak, berkurangnya kemampuan beraktivitas, diabetes, gangguan tidur, gangguan pada sistem pencernaan, gangguan pada psikologis. Oleh karena itu mahasiswa perlu untuk mengontrol emosi mereka agar tidak makan secara berlebihan karena dapat berdampak negatif bagi kesehatan mereka. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk dapat mengatasi emotional eating, yaitu seperti : tersedianya makanan yang sehat di rumah, bercerita mengenai masalah yang sedang dihadapi kepada teman dan sahabat ataupun keluarga terdekat, mengatur pola pikir, berolahraga untuk meningkatkan mood dan energi sehingga dapat menurunkan tingkat stres yang dialami, dan memilih koping stres yang tepat.

Penulis : Nindi Aisyah Syaputri/Fakultas Keperawatan/PDB 19

Referensi :

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun