Mohon tunggu...
Nindi Aisyah Syaputri
Nindi Aisyah Syaputri Mohon Tunggu... Perawat - Universitas Airlangga

Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dalam Pemindahan IKN

20 Agustus 2023   22:51 Diperbarui: 21 Agustus 2023   02:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terkait dengan penguatan identitas bangsa, Illmann (2015) menjelaskan bahwa IKN pada dasarnya merupakan simbol kekuatan dan identitas sebuah bangsa. Memindahkan IKN dipercaya akan dapat mendukung dalam penguatan identitas suatu bangsa. Berbeda dengan IKN yang lama yang cenderung diterima apa adanya, calon IKN baru biasanya dapat direncanakan lebih baik dengan membuat, menyesuaikan, atau memperkuat identitas nasional negara. IKN juga dapat dijadikan simbol keberagaman seperti agama, etnis, atau ideologi sehingga dapat menyatukan sebuah bangsa dan menjadi objek kebanggaan nasional. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan bahwa pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur juga berjalan simultan dengan Upaya pemulihan dan perlindungan lingkungan di sana. Salah satu Upaya pemulihan lingkungan, akan dilakukan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), serta reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang. Pada prinsipnya, kondisi lingkungan akibat kegiatan penambangan harus dikembalikan ke kondisi semula atau kondisi yang lebih baik sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai lahan produktif. Salah satu cara untuk mengatasi degradasi lingkungan pada area bekas tambang tersebut yaitu dengan melakukan program reklamasi. Reklamasi berperan dalam perbaikan atau pemulihan lahan bekas tambang agar kondisinya dapat mendekati keadaan lahan sebelum ditambang. Beberapa manfaat program reklamasi pada area bekas tambang antara lain : 

1. Memperbaiki kualitas tanah dan mengendalikan erosi 

Penanaman cover crop dapat membantu memulihkan kualitas tanah dan mengendalikan erosi. Penggunaan tanaman penutup tanah dari famili legum (Legume Cover Crop/LCC) dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan menambah nitrogen dalam tanah yang akan memperbaiki karakteristik tanah (Narendra dan Pratiwi, 2014). Selain itu, LCC juga dapat mengurangi kekuatan dispersi air hujan dan jumlah serta kecepatan aliran permukaan sehingga erosi dapat ditekan dan infiltrasi meningkat (Narendra dan Pratiwi, 2014). Pemberian bahan organik dapat membantu pelepasan unsur hara, memperbaiki aerasi yang memungkinkan siklus oksigen lebih lancar, dan menaikkan pH pada tanah bekas tambang (Sariwahyuni, 2012). MS (2019) berpendapat bahwa fitoremediasi merupakan salah satu upaya rehabilitasi dengan melibatkan tanaman berklorofil yang mampu memperbaiki keseimbangan lahan bekas tambang. 

2. Mengurangi kandungan logam berat 

Selain berguna untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan menyediakan bahan organik, vegetasi penutup juga dapat bermanfaat untuk mengurangi kandungan logam berat, yakni dengan menyerapnya ke dalam jaringan vegetasi tersebut (Hirfan, 2016). Menurut Winata dkk. (2016), samama (Anthocephalus macrophyllus) merupakan jenis pohon pionir dan fast growing yang mampu mereduksi kandungan timbal (Pb) pada tanah bekas tambang. Penyerapan Pb oleh samama dapat terjadi karena adanya kontak antara perakaran samama dengan Pb di dalam media tailing, khususnya di zona rizhosfer (Winata dkk., 2016). 

3. Mengembalikan flora fauna dan meningkatkan biodiversitas 

Menurut Singh dkk. (2002) dalam Agus dkk. (2014), penanaman vegetasi pada area bekas tambang sebagai penutup lahan dapat mempercepat perkembangan keragaman genetik dan biokimia pada lahan terdegradasi. Kegiatan reklamasi pada area bekas tambang dapat mengembalikan keanekaragaman flora. Riswan dkk. (2015), menerangkan bahwa semakin tinggi umur reklamasi pasca tambang maka keragaman jenis flora pada tingkat pohon dan pancang juga akan semakin tinggi. Adanya peningkatan jumlah flora akan berakibat pada terbentuknya ekosistem hutan dan hadirnya fauna Kembali, hal ini dikarenakan keadaan ekosistemnya telah pulih. 

Referensi : 

Illmann, Erik. Reasons for Relocating Capital Cities and Their Implications. Prague,2015. 69 pages. Bachelor Thesis (Bc.) Charles University, Faculty of Social Sciences, Institute of Political Studies. Department of Political Science.Supervisor of the Thesis PhDr. Michael Romancov, Ph.D. 

Winata, B., Basuki, W., dan Yadi, S. 2016. Studi Adaptasi Samama (Anthocephalus macrophyllus) Pada Berbagai Konsentrasi Timbal (Pb). Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 6 (2): 211-216.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun