Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah berkembang sangat pesat (Wiryany dkk. 2022). Salah satunya adalah perkembangan media sosial yang sudah merajalela ke seluruh penjuru dunia dan segala kalangan umur. Menurut Keller & Lane (2016), media sosial merupakan sarana atau alat yang dipakai untuk berbagi informasi teks, gambar, audio, dan video dengan orang lain. Seiring perkembangan pengaruh teknologi yang pesat dengan munculnya internet memunculkan berbagai aplikasi di media sosial yang memberikan peluang sebuah usaha (Augustinah dan Widayati, 2019). Jaman sekarang, media sosial menjadi sarana dalam bertransaksi dan berbisnis, atau dapat disebut sebagai social commerce (Chandra, 2021). Social commerce adalah pemanfaatan media sosial untuk membantu orang-orang yang ingin menjual dan membeli barangbarang atau jasa melalui jaringan yang terhubung (Li dkk. 2013). Menurut Agustina, Najib, dan Suharjo (dalam Santoso dan Larasati, 2019:29) iklan digunakan dalam pemasaran untuk mengkomunikasikan produk yang ingin disebarkan dan dikenal baik itu berupa barang maupun jasa kepada konsumen. Pemasaran produk saat ini menjadi lebih mudah dijangkau, hanya dengan konten-konten yang menarik konsumen dapat terpengaruh untuk membeli produk tersebut (Ardiansah dan Anastasya, 2021). Aspek visual, kreativitas, dan kesesuaian iklan terhadap audiens target dapat memengaruhi minatnya beli konsumen, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan (Nopitasari & Suyatno, 2023). Jejaring sosial atau media yang menjadi salah satu sarana pendukung dalam bertransaksi adalah Tiktok. Media sosial yang sekarang menjadi aplikasi yang wajib berada di dalam gadget mayoritas penduduk dunia. Aplikasi yang bertujuan untuk mengekspresikan diri ini dapat menjadi alat pemasaran yang trendi dan efektif (Nurmalasari dan Latifah, 2023). Oleh karena itu, TikTok dapat digunakan secara luas sebagai platform bisnis atau perdagangan sosial dengan menggunakan beberapa fitur unik yang telah tersedia (Firamadhina & Krisnani, 2021).
Sebelum konsumen mengenal merek makanan, mereka hanya akan mempertimbangkan harga, fungsi atau kenyamanan produk tersebut (Zehan Aqila, Muhamad Abiyuu & Aqshel Revinzky, Muhammad, 2024), ketika suatu konten promosi makanan muncul pada FYP konsumen, mereka akan secara tidak sadar membayangkan rasa maupun perasaan ketika mereka mengonsumsi makan tersebut sesuai dengan apa yang telah ditampilkan, entah melalui kata-kata persuasif ataupun visualisasi makanan.Â
Menurut Indah & Maulida (2017), kefektivitasan suatu iklan bergantung pada pengaruh kuat terhadap konsumen, seperti apakah mereka mengingat pesan yang disampaikan, memahami pesan tersebut, atau membeli produk yang diiklankan. Penjual dapat membuat iklan kreatif yang menargetkan konsumen berdasarkan demografi, minat, dan perilaku masing-masing (Ranti, Nuraini & Firmansyah, 2022). Fitur live pada Tiktok dapat membantu penjual dalam mempromosikan atau menjual produk makanan dengan teknik promosi langsung, yaitu cara penjualan secara interaktif dengan memakai media periklanan untuk menghasilkan pengaruh pemasaran pada lokasi dan titik manapun (Tjiptono, 2004). Adanya voucher gratis ongkir dan diskon yang mendadak dapat menarik perhatian konsumen ketika menyaksikan live Tiktok dari akun penjual, sehingga konsumen cenderung terpengaruh dan membeli produk makanan tersebut. Kemampuan penjual dalam memperkenalkan produk secara detail, memberikan informasi yang informatif dan kredibel menjadi inti dalam meningkatkan daya beli dan daya tarik konsumen (Dian dkk. 2023). Kebenaran informasi dan kata-kata ajakan yang dibalut komedi dapat membuat konsumen terhibur, yang secara tidak sengaja membuat konsumen tertarik dan memperhatikan iklan dengan seksama (Yamandharline, 2019).Â
Algoritma TikTok yang menampilkan konten sesuai dengan minat pengguna memperkuat pengaruh iklan makanan terhadap keputusan pembelian. Dengan memanfaatkan data pengguna seperti video yang ditonton, disukai, atau dibagikan, TikTok dapat menampilkan iklan yang lebih relevan, meningkatkan peluang iklan makanan muncul di FYP konsumen yang tertarik pada kuliner tertentu. Selain itu, fitur "hashtag challenge" memungkinkan iklan makanan untuk lebih cepat tersebar, mendorong pengguna untuk berpartisipasi dalam tren. Partisipasi ini menciptakan efek viral yang memperbesar peluang konsumen untuk tertarik dan membeli produk yang diiklankan, bahkan mendorong mereka untuk mencoba makanan yang sedang tren. Kemudahan berbagi dan berinteraksi dengan konten juga semakin memperluas jangkauan iklan, sehingga meningkatkan kemungkinan produk tersebut dibeli oleh konsumen yang sebelumnya belum mengenalnya.Â
Daftar Pusaka
Anthony Stafford Pangemanan, Kenneth Sahetapy, Wulan Muntu, & Vanda Oroh. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Iklan di Tiktok Dan Dampaknya Terhadap Minat Beli Generasi Z. SEIKO : Journal of Management & Business, 6(2), 47-- 50.Â
Michael Christian, & Eko Retno Indriyarti. (2023). Determinan Intensi Pembelian Melalui Tayangan Iklan Pada TikTok. Jurnal E-Bis: Ekonomi-Bisnis, 7(1), 1--18.
Ranti Nurfitri, & Tiris Sudartono. (2023). Dampak Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Di Media Sosial Tiktok @Anaira.Official. Management Studies and Entrepreneurship Journal, 4(3), 1--19.
Muh. Ade Kahfiansyah, Andi Juanna, & Citra Aditya Kusuma. (2024). Eskalasi Efektivitas Pemasaran Media Sosial: Dampak Konten Iklan TikTok dan Perilaku Konsumen terhadap Pembelian Produk Fashion di Platform Shopee. MES Management Journal, 3(2), 1--10.Â
Marvelyn Christabella, & Wulan Purnama Sari. (2022). Pengaruh EPIC Model terhadap Pembentukan Perilaku Konsumtif Generasi Z (Studi Iklan Racun Shopee Pada Aplikasi TikTok). Prologia, 6(2), 280--287.Â
 Muhamad Abiyyu Zehan Aqila, & Muhammad Aqshel Revinzky. (2024). Dampak UserGenerated Content Terhadap Brand EquityDalam Membentuk Niat Pembelian Pada BrandMakanan Dan Minuman Di Tiktok. Indonesian Journal of Economics, Management, and Accounting, 1(5), 400--413.Â