Revolusi mental merupakan salah satu misi Jokowi untuk melakukan koreksi terhadap pembangunan bangsa dengan menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan. Ini mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mengubah prinsip-prinsip dalam pembangunan bangsa saat ini yang cenderung berprinsip liberalisme karena dinilai tidak sesuai dengan nilai, budaya, serta karakter bangsa Indonesia.
Namun tidak semua yang melihat konsep tersebut lalu setuju dengan apa yang ditawarkan oleh Jokowi, terlebih lagi dari pihak yang menjadi lawan politiknya saat ini. Kritikan yang baru saja dilayangkan terhadap revolusi mental Jokowi berasal dari Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Gerindra, yang mengatakan bahwa konsep tersebut berasal dari paham komunis karena bapak komunis Karl Marx pernah menggunakan istilah yang sama dalam karyanya yang berjudul 'Eighteenth Brumaire of Louis Bonapartem'. Pernyataan Fadli Zon tersebut tentu mendapatkan kritikan dari juru bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, yang mengatakan bahwa justru Fadli lah yang menjadi pengagum Karl Marx dan pernah ziarah ke makamnya dengan membawa karangan bunga. Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa revolusi mental Jokowi ini bersendikan pancasila serta lebih berpihak kepada guru, petani, dan pedagang pasar.
Selain dari Hasto, kritikan juga datang dari seorang antropolog sekaligus dosen di FIB UI, Bachtiar Alam PhD, yang mengatakan bahwa pernyataan Fadli perlu diluruskan, karena konsep revolusi mental adalah konsep milik Mahatma Gandhi, seorang pejuang kemanusiaan terkemuka abad ke-20. Bahkan Bachtiar menjelaskan bahwa konsep ini merupakan hal penting dalam pemikiran Mahatma Gandhi yang mengedepankan pemerintahan negara berdasarkan kekuatan moral, bahkan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga mengagumi konsep tersebut hingga ia mengakui bahwa dirinya adalah pengikut gagasan tersebut.
Dengan demikian, jelas sudah bahwa konsep ini mengacu kepada gerakan moral untuk memperbaiki kehidupan berbangsa berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan universal, tidak seperti paham komunisme yang mengedepankan revolusi sosial yang radikal. Jadi mungkin saja, seperti yang dikatakan Hasto, bahwa saat ini Fadli sedang panik dalam menghadapi Jokowi sehingga melancarkan serangan membabi buta ke segala arah, terlebih lagi pihaknya sedang diserang oleh isu NAZI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H