Mohon tunggu...
Ninda Fauzi
Ninda Fauzi Mohon Tunggu... -

badai pasti berlalu

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sepakbola Tak Bisa Selalu Diatur dari Balik Meja

8 Juni 2015   18:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:10 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kick-off kompetisi teratas sepakbola Indonesia, Indonesian Super League (ISL), molor dari jadwal. Kompetisi yang sedianya digelar 21 Februari lalu, mundur.

Penyebabnya, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tidak menurunkan rekomendasi penyelenggaraan kompetisi. Ini adalah sikap pertama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ingin mengobrak-abrik federasi sepakbola Indonesia dalam hal ini Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)  

Jadwal kompetisi yang molor ini adalah karena Kemenpora dan BOPI yang merupakan satu kubu, bersikap rewel dengan segala persyaratan penyelenggaraan. Jika syarat-syarat itu tak terpenuhi, rekomendasi tak bakal turun.

Ada beberapa syarat yang diajukan oleh Kemenpora agar kompetisi bergulir. Apa saja? Antara lain mencakup soal legalitas, keuangan, pembinaan, fasilitas pemain muda, dan kegiatan sosial. Juga ada jaminan bahwa administrasi  dan legalitas klub yang mengikutinya dianggap beres, misalnya pajak para pemain.

Para penggagas syarat kompetisi baru di bawah Kemenpora  itu adalah orang orang yang notabene gagal menyelesaikan kompetisi Liga Prima Indonesia / Indonesia Premiere League (IPL) IPL yang digulirkan pada tahun 2010 dan diprakarsai oleh pengusaha Arifin Panigoro ini tidak mampu menuntaskan kompetisi yang diikuti oleh 12 klub.

Waktu digulirkan, IPL terlihat wah karena dilimpahi dengan uang dan desain kompetisi sepakbola yang dianggap ideal. Tokoh-tokoh IPL kebanyakan para profesional yang tidak terlalu paham sepakbola dan mengatur IPL dari balik meja.

Padahal sepakbola sebagai permainan olahraga tak selalu soal kompetisi dan aturan-aturan. Ada beberapa kiat dan skill yang harus dimiliki oleh pengelola kompetisi. Inilah yang tidak dimiliki oleh eks IPL yang kini dekat dengan Menpora.

Akibatnya ?  Kompetisi IPL tanpa filter  yang  jelas. Klub-klub dengan standar amatir berkompetisi dengan klub semi profesional mapun profesional. Ibarat kelas , kelas satu diadu dengan kelas dua, tiga dan seterusnya. Tidak ada penjenjangan yang jelas seperti yang sudah diatur oleh PSSI.  

 IPL lahir dengan ajaib dan musnah dengan ajaib juga. Mereka bahkan tidak mampu menyelesaikan musim kompetisi mereka dengan baik. Berbeda dengan PSSI yang mengantongi lisensi dari penyelenggara resmi sepakbola dunia ; FIFA. PSSI bisa menangani kompetisi sepakbola Indonesia. 

Kini ex IPL berada di belakang Kemenpora dan kembali mengatur sepakbola dengan aturan-aturan sepakbola dari balik meja. Aturan-aturan yang  praktis tak semudah teorinya.

Ketua Komisi X DPR, Teuku Riefky Harsya mengatakan bahwa syarat-syarat dari Menpora itu tidak tepat untuk dipaksakan. Sejumlah suporter sepakbola juga sudah siap menyerbu Kemenpora karena sepakbola, hiburan utama mereka tak bisa mereka nikmati.

 

Nah kalau sudah begini siapa yang layak disalahkan ? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun