Mohon tunggu...
Ninda Fathonah
Ninda Fathonah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Islamic Education Student at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ukirlah kisahmu dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakteristik Kepribadian Konselor

23 Mei 2022   13:45 Diperbarui: 23 Mei 2022   13:56 2594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yang memiliki peran utama selain klien atau konseli adalah seorang konselor. Menjadi seorang konselor bukanlah sesuatu yang dapat sembarangan dilakukan, terdapat banyak hal-hal yang harus ditempuh untuk menjadi seorang konselor. Tidak hanya menempuh pendidikan saja, namun seorang konselor juga harus memenuhi kualifikasi karakter kepribadian yang telah ditentukan.  

Dalam merekrut seseorang untuk menjadi seorang konselor, terdapat tuntutan agar mereka-mereka yang hendak diangkat menjadi adalah seseorang yang memiliki pribadi yang berkualitas. Menurut Cavanagh (1982) karakteristik konselor yang mempunyai pribadi yang berkualitas adalah sebagai berikut: pemahaman diri, kompeten, memiliki kesehatan psikologi yang cukup baik, dapat dipercaya, jujur, kekuatan dalam artian kemampuan konselor dalam menghadapi konseli, hangat, responsif, sabar, sensitif (kepekaan), dan memiliki kesadaran yang holistik.

Banyak pendapat dari para tokoh mengenai karakteristik pribadi konselor yang efektif, seperti:

  • Virginia Satir (1967), yang mengungkapkan bahwa karakteristik konselor yang efektif ialah mereka yang bertindak sebagai recoerce person dan model of communication. Recoerce person ialah konselor bertindak sebagai orang yang mempunyai banyak informasi kemudian ia senang menjelaskan tentang informasi tersebut kepada orang yang membutuhkan (konseli). Kemudian terdapat model of communication, yaitu konselor yang baik dalam berkomunikasi, mampu menjadi pendengar yang baik, serta dapat menghargai orang lain.
  • Mills, Cs dan Munson (1960), karakteristik yang dapat menentukan kualitas atau tidaknya pribadi seorang konselor adalah to be nurturant dan intuitive and psychological penetration. To be nurturant  ialah seseorang yang memiliki kebutuhan untuk menjadi pemeliahara. Sedangkan intuitive and psychological penetration adalah memiliki intuisi dan penetrasi psikologis yang baik, cepat tanggap dan tangkas dalam menghadapi perilaku konseli.
  • Jay Haley (1971), hal-hal yang menunjukkan kualitas pribadi konselor adalah fleksibel, tidak memaksakan pendapat, serta mau mendengar dan sabar dengan orang lain.
  • Menne (1975), ada 4 hal yang menunjukkan kualitas pribadi konselor, yaitu memahami dan melaksanakan etika profesional, memiliki kesadaran diri mengenai kompetensi, nilai, dan sikap, memiliki karakteristik diri, serta mampu dan sabar dalam mendengarkan orang lain serta dapat terampil dalam berkomunikasi.
  • Rakos & Schroeder dan Wile (1976), menurutnya karakteristik konselor yang terpenting adalah kehangatan dan kompetensi yang dimiliki konselor.
  • Aliran Client Centered, kualitas pribadi konselor dapat dilihat dari adanya rasa empati, memperlihatkan penghargaan positif kepada konseli, dapat menciptakan suasana kehangatan, menerima konseli dengan apa adanya, serta dapat memberikan rasa aman kepada konseli.

Dalam Islam sendiri, konselor juga memiliki kualifikasi kepribadian yang hampir sama dengan kualitas pribadi konselor secara umum, akan tetapi pasti terdapat tambahan kualifikasi dalam konteks Islam, diantaranya yaitu memiliki cara pandang, selalu merasakan kehadiran Allah SWT, memiliki kualitas sabar, cenderung pada kebaikan, memiliki empati, berjiwa besar, bahagia memberikan bantuan, serta selalu berdzikir dan berdoa.

Jadi itulah penjelasan mengenai karakteristik kepribadian konselor, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai bimbingan dan konseling. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan artikel diatas terdapat kesalahan, baik dari segi penulisan atau informasi yang telah disampaikan. Terima kasih dan sampai jumpa di artikel selanjutnya...

Referensi:

Fiah, Rifda El. 2015. Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandar Lampung: LP2M IAIN Raden Intan Lampung.

Masdudi. 2015. Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun