Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Senang menulis, pembelajar, senang berbagi ilmu

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kakek Bukan Pejuang

28 Agustus 2024   04:57 Diperbarui: 28 Agustus 2024   06:55 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bang Tohir mendengus, lalu berpaling tanpa sepatah kata lagi, meninggalkan bedeng bambu itu dengan langkah berat. Para orang tua perlahan-lahan mengikuti, beberapa menarik anak-anak mereka pergi, sementara yang lain membiarkan anak-anak mereka tetap tinggal.

Kakek melihat ke arah anak-anak yang masih berdiri di sekelilingnya, beberapa dengan air mata di mata mereka. Ia tersenyum, meskipun hatinya terasa berat. "Kita lanjutkan pelajaran kita," ujarnya pelan.

Namun, saat Kakek berbalik, suara gemerisik terdengar di belakangnya. Bapak menoleh dan melihat Bang Tohir kembali, kali ini dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.

"Aku... akan berpikir lagi tentang ini," ucap Bang Tohir dengan suara pelan, nyaris tak terdengar..

Kakek mengangguk, memahami bahwa ini mungkin bukan akhir dari pertentangan ini. Masalah belum sepenuhnya selesai, dan ia tahu, esok hari mungkin akan membawa tantangan baru. Namun, hari itu di bawah langit  cerah, Kakek merasa sedikit lega. Setidaknya, untuk sementara, mimpi anak-anak itu masih bisa hidup, meskipun tipis.

Sambil menatap langit , Kakek bertanya kepadaku, "Apakah ini hanya permulaan dari pertarungan yang lebih besar?"

Aku hanya tersenyum. Aku yakin Kakek bisa menghadapi ini semua dengan caranya sendiri. Kakek terkenal tangguh dan sabar. Pasti dia akan sanggup melewati ini semua.

Bedeng bambu itu, yang hanya merupakan tempat sederhana untuk belajar, kini menjadi saksi bisu dari perjuangan seorang pria tua yang mencoba memberikan cahaya di tengah kegelapan. Perjuangan yang tak hanya melawan kemiskinan dan ketidakadilan, tetapi juga melawan kebodohan dan ketidakberdayaan. Perjuangan yang belum tahu akan berakhir di mana dan bagaimana.

Bagiku Kakek bukan hanya pejuang. Beliau laksana malaikat yang selalu membantu orang lain dalam kebaikan.

Cibadak, 28 Agustus 2024

Cerpen ini keberikan untuk anak-anak didikku sebagai pembelajaran bahwa pendidikan itu harus diraih dengan segala upaya dan kerja keras. Semangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun